Rabu 31 May 2023 09:26 WIB

IHSG Dibuka Menguat di Tengah Penolakan Penambahan Plafon Utang AS

Yield surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) bertenor 10 tahun anjlok.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Lida Puspaningtyas
Pekerja berada di depan layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (26/4/2023). Usai cuti bersama Lebaran 2023, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Rabu (26/4) dibuka menguat 60 poin (0,88 persen) ke 6.877.
Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Pekerja berada di depan layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (26/4/2023). Usai cuti bersama Lebaran 2023, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Rabu (26/4) dibuka menguat 60 poin (0,88 persen) ke 6.877.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona hijau pada perdagangan Rabu (31/5/2023). IHSG menguat ke level 6.657,65 setelah empat hari sebelumnya konsisten terkoreksi ke zona merah.

Penguatan IHSG terjadi di tengah pelemahan indeks saham di Asia dan bursa utama AS, Wall Street. Penolakan atas penambahan plafon utang pemerintah AS menjadi sentimen negatif bagi pasar.

Baca Juga

"Pasar saham tertekan oleh semakin besarnya penolakan atas kesepakatan bipartisan untuk menambah plafon utang yang saat ini sebesar 31,4 triliun dolar AS," kata Phillip Sekuritas Indonesia.

Pemerintah AS telah memberi peringatan bahwa Kongres harus menaikkan plafon utang paling lambat pada 5 Juni. Jika tidak hal tersebut akan memicu kondisi gagal bayar (default) atas utang Pemerintah AS.

Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) bertenor 10 tahun anjlok 11,6 bps. Sementara yield US Treasury Note bertenor 2 tahun terpangkas hampir 13 bps menjadi 4,45 persen.

Dari sisi makroekonomi, investor mencerna rilis data Indeks Kepercayaan Konsumen atau Consumer Confidence Index (CCI) AS yang dirilis oleh The Conference Board. CCI turun ke level 102,3 di bulan Mei, terendah sejak November 2022 dari level 103,7 di bulan April.

Di pasar komoditas, harga minyak mentah jatuh lebih dari 4 persen kejatuhan tersrbut tertekan oleh kekhawatiran mengenai apakah Kongres AS akan meloloskan kesepakatan Debt Ceiling menjadi UU.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement