REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Pejabat tinggi Israel Tzachi Hanegbi mengecilkan prospek perbaikan hubungan diplomatik dengan Arab Saudi, yang merupakan terobosan yang ditengahi Amerika Serikat (AS) pada Selasa (30/5/2023). Dia menggambarkan pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu masih ragu-ragu pada setiap kemajuan dalam pembicaraan terkait antara Riyadh dan Washington.
Hanegbi mengatakan, Saudi telah meningkatkan kesepakatan dengan AS sebagai bagian dari diplomasi segitiga. Namun, dia menghindari cara Israel akan menanggapi dengan mengatakan, permintaan Saudi saat ini masih sama dan itu merupakan dilema AS.
"Saya mengatakan ini sejelas mungkin dalam kerangka kabut yang ada untuk kita juga. Saat ini kami tidak benar-benar menyadari apa yang terjadi di koridor Saudi-Amerika," ujar Hanegbi kepada media Israel Army Radio.
Pernyataan ini muncul dalam menanggapi penempaan hubungan formal Israel-Saudi sebagai kepentingan AS. Penasihat keamanan nasional Presiden AS Joe Biden, Jake Sullivan, melakukan perjalanan ke kedua negara pada 6-8 Mei.
Kegiatan ini menyusul laporan New York Times pada Maret bahwa Riyadh mengondisikan normalisasi dengan Tel Aviv. Upaya itu untuk meningkatkan penjualan pertahanan AS dan persetujuan untuk program nuklir sipil Saudi. Pejabat Saudi belum mengonfirmasi hal ini.
Setiap persenjataan baru AS yang dipasok ke Saudi, menurut Hanegbi, harus mematuhi komitmen untuk melestarikan keunggulan militer kualitatif Israel (QME) di wilayah tersebut. "Ini adalah topik yang akan dibahas, tetapi hanya jika relevan, artinya jika memang Saudi dan Amerika mencapai terobosan dalam hubungan mereka," katanya.
Hanegbi memperkirakan setiap rencana Saudi untuk proyek nuklir sipil pertama harus menghapus peraturan kontra-proliferasi AS. Langkah itu dimaksudkan untuk mencegah dorongan terselubung untuk senjata nuklir.
"Ketika subjek menjadi relevan dengan keamanan Israel, Amerika pasti tidak akan membuat kemajuan tanpa kontak dekat dengan pemerintah Israel," kata mantan menteri kerja sama regional Israel.
Saudi memberikan restu kepada tetangga Teluk Uni Emirat Arab dan Bahrain yang menjalin hubungan diplomatik resmi dengan Israel pada 2020 di bawah pemerintahan AS Donald Trump. Riyadh tidak mengikuti langkah tersebut.
Saudi mengatakan, tujuan kenegaraan Palestina harus ditangani terlebih dahulu. Pada April, Saudi memulihkan hubungan dengan saingan regional dan musuh bebuyutan Israel, Iran.