Rabu 31 May 2023 14:52 WIB

Gejala Gangguan Tiroid Ini tak Boleh Diabaikan

Tes darah sederhana dapat menentukan seseorang mengidap hipotiroid atau tidak.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Reiny Dwinanda
Dokter memeriksa kelenjar tiroid (ilustrasi). Gangguan tiroid, baik berupa hipotiroid maupun hipertiroid yang ditangani dengan baik dapat mengembalikan kesuburan wanita.
Foto: www.freepik.com
Dokter memeriksa kelenjar tiroid (ilustrasi). Gangguan tiroid, baik berupa hipotiroid maupun hipertiroid yang ditangani dengan baik dapat mengembalikan kesuburan wanita.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Thyroid UK mengungkapkan data bahwa penyakit tiroid dapat mengubah hidup seseorang dan memengaruhi hingga 10 persen populasi. Hipotiroidisme, khususnya, lebih menonjol pada orang berusia di atas 40 tahun, memengaruhi sekitar dua dari setiap 100 orang.

Gangguan jenis ini terjadi ketika kelenjar tiroid memproduksi hormon lebih sedikit dari yang seharusnya. Akibatnya, metabolisme seseorang berjalan lambat sehingga menyebabkan kenaikan berat badan.

Baca Juga

Juga dikenal sebagai tiroid yang kurang aktif, hipotiroid dapat menyebabkan, kelelahan, intoleransi dingin, kelemahan otot, dan sembelit. Penderita hipotiroid juga berisiko depresi, gangguan konsentrasi, gangguan memori, rambut rontok pada tubuh, kulit kepala dan alis, suara serak, kesulitan menelan, kehilangan libido, mata berpasir, dan sesak napas.

"Gejala biasanya berkembang perlahan dan mungkin seseorang tidak menyadari bahwa ia memiliki masalah medis selama beberapa tahun," ungkap National Health Service di Inggris.

Gejala tambahan yang ikut dirasakan termasuk rambut dan kuku rapuh, periode menstruasi tidak teratur, nyeri, mati rasa, serta kesemutan di tangan dan jari. Tanda-tanda yang lebih serius dari tiroid yang kurang aktif dapat melibatkan detak jantung yang lambat, wajah yang tampak bengkak, dan anemia.

British Thyroid Foundation mengonfirmasi bahwa tes darah sederhana dapat menentukan apakah seseorang memiliki kondisi ini atau tidak. Tiroid yang kurang aktif biasanya dikaitkan dengan tingkat hormon perangsang tiroid (TSH) di atas kisaran referensi, dan tingkat tiroksin (FT4) yang berada di bawah kisaran referensi.

"Tentu masuk akal untuk melakukan tes antibodi tiroid untuk memastikan bahwa penyebabnya adalah autoimun," ucap organisasi tersebut dalam sebuah pernyataan.

Jika terpengaruh, dokter harus meresepkan levothyroxine, versi sintetik dari tiroksin yang diproduksi oleh kelenjar tiroid. Dosisnya, mulai dari 50mcg hingga 300mcg, akan didasarkan pada hasil tes darah dan berat badan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement