REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satu program ekonomi yang BMH jalankan selama ini adalah “Lumbung Ternak.” Program ini berjalan di beberapa titik, seperti di Noumuke, NTT. Kemudian Jasinga, Bogor. Botodayaan, Gunungkidul, Pakem, Sleman, dan Suku Baduy di Lebak, Banten.
“Lumbung Ternak BMH secara langsung menjawab kebutuhan masyarakat akan terwujudnya pemberdayaan. Masyarakat jadi memiliki hewan peliharaan yang awalnya merupakan bantuan dari BMH,” terang Direktur Program dan Pemberdayaan BMH Pusat, Zainal Abidin.
Mbah Moel misalnya di Botodayaan, Rongkop, Gunungkidul, kini telah memiliki empat ekor kambing. “Alhamdulillah program dari BMH saya yang tidak punya ternak, sekarang sudah punya empat ekor kambing. Semua sudah siap korban. Indukannya juga ada dan semoga kedepan semakin berkembang biak,” ujarnya.
Hal serupa juga terjadi di Noumoke, NTT. Masyarakat jadi berdaya, terlebih jelang Idul Adha. Beberapa ekor dari kambing yang mereka ternak selama ini juga memenuhi syarat untuk dijadikan hewan kurban.
Ustaz Syaiful Prihatin yang merupakan dai dan juga pihak yang mendapat manfaat program Lumbung Ternak mengaku bahwa program ini sangat tepat. “Memang butuh proses kalau jadi peternakan besar, tetapi yang ada ini sudah memberi begitu banyak dampak kebaikan. Masyarakat jadi punya aktivitas, meningkatkan skill dalam beternak, hingga berdaya secara ekonomi, apalagi jelang Idul Kurban,” ujarnya.
Program ini berjalan secara simultan agar tercapai upaya pembangunan berkelanjutan, menghadirkan pemberdayaan yang mengubah posisi masyarakat dari tidak mampu menjadi berdaya dan mandiri.
“Program ini penting jadi perhatian kita bersama agar pemberdayaan dana zakat, infak dan sedekah, dapat melahirkan kekuatan perubahan nyata bagi masyarakat, dari satu individu, satu keluarga ke lingkungan lebih luas,” kata Zainal.