REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Program Sekolah Perempuan Capai Impian dan Cita-Cita (Sekoper Cinta) sempat menghebohkan dunia maya. Pasalnya, program ini sempat disenggol oleh eks kader Partai Golkar, Dedi Mulyadi.
Dedi Mulyadi mengatakan, Sekoper Cinta seperti sebuah program yang diciptakan agar keluar anggaran. Bahkan, Dedi mempelesetkannya dengan sebutan 'Sekoper Butut'.
Menanggapi hal itu, Ketua Umum Sekoper Cinta, Atalia Praratya, mengatakan, program Sekoper Cinta sudah banyak dirasakan manfaatnya oleh perempuan di Jabar. Bahkan, program ini tengah dikaji untuk bisa diterapkan secara nasional.
Selama 4 tahun bergulir, kata dia, alumni Sekoper Cinta tercatat sudah ada 67 ribu dan tersebar di seluruh Jabar. Mereka dianggap telah memenuhi kompetensi tahap dasar dan tematik.
Menurut Atalia, program Sekoper Cinta berawal dari keresahan dan stereotip perempuan yang berkembang di masyarakat. Bahkan perempuan yang ada dianggap tidak mampu berkembang dan turut serta membantu mensejahterakan keluarga.
"Masuk ke dalam sebuah program tidak mudah dan harus meyakinkan semua pihak. Di awal bahkan ada penolakan dari dewan. Padahal perempuan tidak bisa keluar dari kubangan lumpur kalau tidak dengan pengetahuan," ujar Atalia saat Diskusi Gaspol: Galang Aspirasi Politik Edisi VII bertajuk "Sekoper Cinta: Cetak Perempuan Jabar Juara" di Hotel Citarum, Bandung, Rabu (31/5/2023).
Atalia menilai, pemberdayaan perempuan hanya bisa dilakukan lewat pendidikan. Hal ini didapat Atalia setelah membaca 20 jurnal. Jika perempuan hanya berdiam diri di rumah, sulit untuk berpikir dan berkembang.
"Maka, saya berjuang keras. Sekoper Cinta ini perjuangan, kita ingin perempuan berpengatuhan. Ketika ada perempuan terdidik, maka akan hadir anak terdidik," katanya.
Atalia menegaskan, pada awalnya Sekoper Cinta tidak mengganggu anggaran pemerintah. Sekoper Cinta masuk dalam program PKK. Setahun berselang, mulai ada sedikit anggaran yang masuk dalam Sekoper Cinta. Berkat kolaborasi, sudah ada puluhan ribu alumni Sekoper Cinta di seluruh Jabar.
"Ini besar bukan karena anggaran, tapi kolaborasi dan apresiasi. Bahkan, pemerintah dan Korea Selatan sedang melihat," katanya.
Dukungan Sekoper Cinta sejauh ini, kata dia, sudah datang dari Kementerian Kesetaraan Gender dan Keluarga Korea Selatan termasuk juga Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan juga Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Bahkan, kata dia, kini tahapannya pun Sekoper Cinta sudah berkembang. Tidak hanya di tataran dasar dan tematik. Namun, sudah ada pada tahap vokasional.
"Kami juga berjejaring dengan Disdik Jabar, setiap SMK memiliki lima vokasi di antaranya menjahit, memasak, kecantikan termasuk juga IT dan e-commerce bisa bekerja sama dengan kita akan lebih banyak lagi perempuan berdaya diberi keteladanan khusus," kata Atalia.