REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Polisi Jerman tengah meluncurkan penyelidikan atas dugaan serangan pembakaran di sebuah kompleks masjid di Hannover. Insiden tersebut dilaporkan terjadi Senin (29/5/2023) malam.
Ketua Kelompok Payung Muslim Schura, Recep Bilgen, mengatakan masjid terbesar di Hannover telah menjadi sasaran serangan pembakaran. "Kami menuntut klarifikasi lengkap dan perlindungan rumah ibadah kami," kata dia di akun Twitter miliknya, dikutip di Daily Sabah, Rabu (31/5/2023).
Bilgen juga menggarisbawahi serangan itu terjadi pada peringatan 30 tahun serangan pembakaran rasis di Solingen, yang menewaskan lima anggota keluarga Turki.
Dalam sebuah pernyataan, polisi Hannover mengatakan kebakaran terjadi pada Senin malam, di luar sebuah restoran di kompleks masjid. Api yang membakar bangunan ibadah itu berhasil dipadamkan oleh para tetangga.
Sebagai akibat dari insiden ini, beberapa kursi, fasad bangunan dan jendela mengalami kerusakan. Pihak kepolisian telah meminta saksi dan meminta siapa pun yang memiliki informasi untuk bertemu, serta membantu penyelidikan atas insiden tersebut.
Jerman mengalami peningkatan rasisme dan Islamofobia dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi ini dipicu oleh propaganda kelompok sayap kanan, yang mengeksploitasi krisis pengungsi dan berusaha menimbulkan ketakutan terhadap imigran.
Menurut data terbaru, polisi mencatat setidaknya 610 kejahatan rasial Islamofobia terjadi pada tahun 2022 di seluruh negeri. Sekitar 62 masjid diserang antara Januari dan Desember tahun lalu. Tidak hanya itu, sedikitnya 39 orang terluka karena kekerasan anti-Muslim.
Angka tersebut juga termasuk puluhan kejahatan rasial terhadap Muslim, kasus intimidasi, vandalisme, serta perusakan properti. Dengan penduduk lebih dari 84 juta orang, Jerman memiliki populasi Muslim terbesar kedua di Eropa Barat setelah Prancis. Menurut angka resmi, negara ini adalah rumah bagi hampir 5 juta Muslim.