Kamis 01 Jun 2023 17:18 WIB

Mengapa Mencari Ridha Allah SWT Jadi Kunci Utama Berbuat Ikhlas? Ini Kata Ulama Turki

Keikhlasan hanya akan tercapai dengan mengharap ridha Allah SWT

Rep: Muhyiddin / Red: Nashih Nashrullah
Kesunyian dalam beribadah secara ikhlas. Keikhlasan hanya akan tercapai dengan mengharap ridha Allah SWT
Foto: Republika/Thoudy Badai
Kesunyian dalam beribadah secara ikhlas. Keikhlasan hanya akan tercapai dengan mengharap ridha Allah SWT

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Perintah agar beribadah kepada Allah SWT dengan penuh keikhlasan tertuang dalam Alquran surat Al Bayyinah ayat 5. 

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

Baca Juga

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus.”

Orang yang sudah ikhlas tidak akan pamrih terhadap amal yang dikerjakannya. Orang tersebut tidak memikirkan apapun kecuali keridhaan Allah SWT atas amal yang dikerjakannya sehingga ada orang yang bersedekah dan amalnya itu terlihat oleh orang lain namun dirinya sama sekali tak memperdulikan pandangan makhluk akan amalnya itu. Dia tidak memikirkan pujian orang lain atas amalnya itu sebab apa yang dikerjakannya semata-mata karena Allah SWT. 

Ulama dan cendikiawan terkenal asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi (1878-1960 M) mengingatkan kepada umat Islam bahwa sesuatu urusan kebaikan yang penting dan besar selalu dihadang banyak penghalang yang berbahaya.

Menurut dia, setan berjuang dengan sungguh-sungguh untuk menghadang para pengabdi dalam pengabdian itu. Karenanya, kata Nursi, perlu bersandar pada keikhlasan terhadap rintangan dan setan tadi.

“Maka dari itu, hindarilah berbagai hal yang bisa menghilangkan keikhlasan sebagaimana engkau menghindari kalajengking dan ular,” kata Nursi dikutip dari buku Al-Lama'at terbitan Risalah Nur Press halaman 307.

Nursi menjelaskan, Nafsu ammarah sama sekali tidak bisa dipercaya sesuai dengan ucapan Nabi Yusuf as dalam Alquran: 

 وَمَاۤ أُبَرِّئُ نَفۡسِیۤۚ إِنَّ ٱلنَّفۡسَ لَأَمَّارَةُۢ بِٱلسُّوۤءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّیۤۚ  “Aku tidak menyatakan diriku bebas dari kesalahan. Sebab, sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada keburukan, kecuali (nafsu) yang dikasihi oleh Tuhanku.” (QS Yusuf [12] ayat 53). 

Baca juga: Mualaf Lourdes Loyola, Sersan Amerika yang Seluruh Keluarga Intinya Ikut Masuk Islam

“Jangan sekali-kali engkau tertipu egoisme, kesombongan, dan nafsu yang selalu mendorong kepada keburukan,” jelas Nursi.

Lalu, untuk bisa mencapai dan memelihara keikhlasan, serta untuk menghilangkan segala penghalangnya, maka harus menjadikan beberapa prinsip sebagai semboyan. Di antara prinsipnya adalah hanya mengharap ridha Allah SWT dalam beramal.

Apabila Allah SWT sudah ridha, menurut Nursi, biar pun seluruh alam berpaling tidak menjadi masalah. Kalau Allah SWT sudah menerima, biar pun semua manusia menolak tidak akan berpengaruh.

“Setelah Dia ridha dan menerima amal kita, jika Dia berkehendak dan sesuai dengan hikmah-Nya, Dia menjadikan manusia menerimanya meskipun tanpa kalian minta. Karena itu, ridha Allah sajalah yang seharusnya menjadi tujuan utama dalam pengabdian ini,” kata Nursi. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement