Jumat 02 Jun 2023 04:15 WIB

Suhu Panas Ekstrem Diprediksi Masih akan Landa Asia

Lonjakan suhu tertinggi tercatat di Cina dan negara-negara Asia Tenggara.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
 Pejalan kaki menggunakan payung untuk melindungi sinar matahari saat cuaca panas di Bangkok, Thailand (ilustrasi). Negara-negara di seluruh Asia
Foto: EPA-EFE/RUNGROJ YONGRIT
Pejalan kaki menggunakan payung untuk melindungi sinar matahari saat cuaca panas di Bangkok, Thailand (ilustrasi). Negara-negara di seluruh Asia

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA – Negara-negara di seluruh Asia telah dilanda suhu panas ekstrem. Setelah gelombang panas melanda sebagian besar wilayah Asia pada April lalu, suhu kembali melonjak pada akhir Mei. Fenomena itu diprediksi masih akan berlangsung.

Lonjakan suhu tertinggi tercatat di Cina dan negara-negara Asia Tenggara. Gelombang panas di Vietnam, yang diperkirakan akan berlangsung hingga Juni, telah memaksa pihak berwenang mematikan lampu jalan dan menjatah aliran listrik. Hal itu karena permintaan penggunaan AC mengancam akan membanjiri jaringan listrik.

Baca Juga

Vietnam mencatatkan suhu tertingginya pada 6 Mei 2023, yakni mencapai 44,2 derajat Celcius, di Provinsi Thanh Hoa, sekitar 150 kilometer di sebelah selatan Hanoi. Pada Rabu (31/5/2023), suhu beberapa provinsi di sana hampir menyentuh rekor, yakni menyentuh 43,3 derajat Celcius.

Pada Kamis (1/6/2023), Badan Meteorologi Vietnam memperingatkan risiko kebakaran rumah akibat konsumsi daya yang tinggi. Dalam dua hari mendatang, suhu di negara tersebut diperkirakan berkisar antara 35 hingga 39 derajat Celcius. Warga telah diperingatkan tentang risiko dehidrasi, kelelahan, dan serangan panas.

Kota Shanghai di Cina juga mengalami hari terpanasnya dalam lebih dari satu abad pada Senin (29/5/2023) lalu. Suhu di sana mencapai 36,1 derajat Celcius, memecahkan rekor 100 tahun untuk suhu tertinggi yang tercatat di bulan Mei.

Sebelumnya suhu tertinggi yang pernah dilaporkan Shanghai adalah 35,7 derajat Celcius, tercatat pada tahun 1876, 1903, 1915, dan 2018. Pada Selasa (30/5/2023), pusat manufaktur teknologi di Cina, Shenzhen, mencatatkan rekor suhu terpanas yang pernah terjadi di bulan Mei, yakni mencapai 40,2 derajat Celcius.

Sementara itu India dan negara-negara lain telah menetapkan protokol untuk menangani risiko kesehatan yang timbul dari suhu panas ekstrem. Langkah diambil salah satunya dengan membuka 'kamar dingin' publik dan memberlakukan pembatasan pekerjaan di luar ruangan.

Ilmuwan dan pakar cuaca mengklaim, perubahan iklim berperan besar dalam suhu panas ekstrem, termasuk di wilayah Asia. “Kita tidak dapat mengatakan bahwa ini adalah peristiwa yang perlu kita biasakan, beradaptasi, memitigasinya. Sebab ini hanya akan menjadi lebih buruk seiring kemajuan perubahan iklim,” ujar Sarah Perkins-Kirkpatrick, ilmuwan iklim dari University of New South Wales, Australia.

Dalam makalah yang diterbitkan pada April lalu, tim peneliti dari University of Bristol memperingatkan, daerah-daerah dengan sedikit pengalaman panas ekstrem sebelumnya dapat menjadi yang paling berisiko. Mereka mengidentifikasi Rusia timur serta Ibu Kota Cina, Beijing, dan distrik-distrik sekitarnya sebagai wilayah yang masuk dalam kategori rentan.

"Pada titik tertentu kita sampai pada batas kemampuan manusia untuk mengatasi suhu. Mungkin ada titik di mana tidak ada yang bisa mengatasinya," kata Vikki Thompson, peneliti utama dalam makalah tersebut.

Dalam studi lainnya dipublikasikan pekan lalu, sejumlah ilmuwan mengungkapkan sebanyak 2 miliar orang diperkirakan bakal terimbas suhu panas berbahaya jika dunia tetap pada jalurnya sekarang yang berpotensi menaikkan temperatur hingga 2,7 derajat Celcius pada akhir abad ini. India kemungkinan akan menjadi negara terparah yang terdampak.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement