Jumat 02 Jun 2023 00:30 WIB

Penyakit Jamur Kulit Aneh Bisa Jadi Epidemi Global Baru

Pakar penyakit menular menilai dunia belum siap untuk hadapi epidemi semacam itu.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
Penderita infeksi Trichophyton indotineae mengalami ruam berbentuk lingkaran di kulitnya.
Foto: Dok Wales Online
Penderita infeksi Trichophyton indotineae mengalami ruam berbentuk lingkaran di kulitnya.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Seorang perempuan berusia 47 tahun di Inggris dilaporkan mengalami kondisi ruam aneh pada kulitnya yang membutuhkan banyak intervensi medis. Perempuan tersebut didiagnosis dengan Trichophyton indotineae (T. indotineae), sejenis kurap, namun pengobatan antijamur tampak tidak efektif.

Infeksi kemudian menyebar ke suami dan putranya. Mereka menderita keluhan bentuk lingkaran bersisik di sekujur tubuh, menurut Wales Online.

Baca Juga

Dikutip dari laman Express, Kamis (1/6/2023), saat ini terjadi peningkatan jumlah kasus kurap (ringworm) yang kebal antimikroba, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat. Pakar kesehatan menjelaskan resistensi antimikroba terjadi ketika kuman seperti bakteri dan jamur mengembangkan kemampuan untuk mengalahkan obat.

Selain itu, strain yang bermutasi secara genetik telah "mencapai proporsi epidemi" di India. Kasus kurap yang disebabkan oleh T. indotineae sering kali parah dan sulit diobati.

Sementara kasusnya tersebar luas di India, sekarang ada sejumlah kasus yang dilaporkan di Eropa dan Amerika Utara. Prof David Denning selaku pakar penyakit menular di level kesehatan global dari University of Manchester memperingatkan dunia belum siap untuk epidemi semacam itu.

Prof Denning mengatakan dunia belum siap menghadapi kemungkinan besar penyakit tersebut akan menjadi epidemi yang berkembang perlahan dari infeksi kulit ini. Dokter Warren Heymann membagikan informasi lebih lanjut kepada American Academy of Dermatology Association (AAD) tentang munculnya T. indotineae sebagai fenomena global.

"Spesies dermatofita yang baru diidentifikasi menyebabkan lesi sangat meradang, kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement