REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- BMKG Stasiun Klimatologi DI Yogyakarta memprediksi bahwa puncak musim kemarau di 2023 ini akan terjadi pada Agustus. Meski begitu, puncak musim kemarau ini tidak terjadi di seluruh wilayah di DIY.
Kepala Stasiun Klimatologi DIY, Reni Kraningtyas mengatakan, sebagian wilayah di DIY akan mengalami puncak musim kemarau lebih awal, yakni pada Juni 2023.
"(Puncak musim kemarau di) Wilayah Kabupaten Kulon Progo bagian timur, Kabupaten Sleman bagian barat daya, dan Kabupaten Bantul bagian barat laut pada bulan Juli 2023," kata Reni, Kamis (1/6/2023).
Reni menjelaskan, pada dasarian III Mei 2023 seluruh wilayah di DIY telah memasuki musim kemarau. Musim kemarau ini diperkirakan akan terjadi hingga dasarian III Oktober 2023 nanti.
"Kecuali wilayah Kabupaten Kulon Progo bagian utara (akhir musim kemarau diprediksi) pada dasarian I Oktober 2023, dan Kabupaten Gunungkidul bagian selatan pada dasarian II Oktober 2023," ujar Reni.
Untuk itu, BMKG mengimbau seluruh elemen masyarakat maupun pemerintah untuk lebih siap dan antisipatif terhadap dampak musim kemarau tahun ini. Pasalnya, kemarau di 2023 ini diprediksi akan lebih kering dibanding tahun sebelumnya.
"Untuk daerah-daerah dengan peluang terjadinya curah hujan rendah, perlu melakukan langkah antisipasi memilih budidaya pertanian yang tidak membutuhkan banyak air, waspada kebakaran hutan, lahan dan semak serta menghemat penggunaan air bersih," ujarnya.
Pihaknya juga sudah mengeluarkan peringatan dini terkait kekeringan meteorologis, Rabu (31/5/2023). Untuk itu, masyarakat diminta untuk mewaspadai kekeringan meteorologis ini.
Kekeringan meteorologi sendiri merupakan kekeringan yang disebabkan karena kurangnya curah hujan atau berada di kondisi bawah normal. Hal ini bisa terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama.
"Peringatan dini kekeringan meteorologis adalah berkurangnya curah hujan dari keadaan normalnya dalam jangka waktu yang panjang dengan kurun waktu bulanan, dua bulanan, dan seterusnya," tutur Reni.