REPUBLIKA.CO.ID, BULBOACA -- Presiden Serbia dan Kosovo sama-sama menegaskan ingin meredakan krisis kekerasan di utara Kosova. Tapi keduanya tidak memberi tanda-tanda untuk menahan diri dari posisi masing-masing.
Dalam pertemuan di Moldova bersama lebih dari 40 pemimpin Eropa, Presiden Serbia Aleksandar Vucic dan Presiden Kosovo Vjosa Osmani tidak saling mengakui meski mereka hanya berjarak beberapa meter di karpet merah.
Kedua belah pihak ditekan masyarakat internasional untuk mengakhiri krisis lama antara etnis Albania di Kosovo dan etnis Serbia yang mayoritas di utara Kosovo. Kekerasan pecah pada Senin (29/5/2023) lalu setelah pemerintah Kosovo didukung unit polisi khusus menempatkan wali kota etnis Albania di kota madya di utara.
Wali kota itu terpilih dengan angka partisipasi pemilih hanya 3,5 persen setelah etnis Serbia memboikot pemilihan daerah tersebut. Osmani mengatakan Belgrade mencoba merusak stabilitas Kosovo karena gagal menerima deklarasi kemerdekaan dari Serbia tahun 2008.