REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Saat kita mencintai seseorang, maka secara naluriah kita akan mencari tahu segala sesuatu tentang seseorang tersebut. Seharian waktu kita bisa habis tidak terasa hanya untuk men-scroll media sosialnya atau mengikuti kesehariannya.
Lalu pertanyaannya, pernahkah hati kita mencintai Nabi Muhammad sebesar cinta kita kepada seseorang yang kita kagumi? Bagaimana cara kita menumbuhkan rasa cinta itu, padahal kita belum pernah melihat sosoknya?
Dikutip dari buku "Hidup Bersama Rasulullah, Muhammad saw" Daeng Naja mengatakan, apabila kita jujur mencintai Rasulullah saw maka kita akan berupaya mencari tahu segala sesuatu tentang dirinya, kehidupan pribadinya, kehidupannya dalam keluarga, dengan sesama saudara, dengan lingkungannya.
Allah berfirman "Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu : para nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shalih. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya." (OS. Al-Nisa ayat 69).
Dari Anas bin Malik, ia berkata: "Ada seseorang bertanya kepada Rasulullah tentang hari kiamat dan berkata, "Kapankah hari kiamat tiba?", Beliau menjawab: "Apa yang engkau persiapkan untuk menghadapinya?" la menjawab, "Tidak ada, melainkan saya mencintai Allah dan Rasul-Nya". Maka Rasulullah bersabda: "Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai." Anas bin Malik ra berkata: "Kami tidak pernah merasa gembira seperti kegembiraan kami dengan ucapan Rasulullah Shallallahu "Alaihi wa Sallam: "Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai (di akhirat kelak)." Kemudian Anas berkata: "Sungguh saya mencintai Nabi Shallallahu'alaihi wa Sallam, Abu Bakar dan Umar dan berharap agar saya bisa bersama mereka (di akhirat kelak) disebabkan cintaku terhadap mereka, walaupun saya tidak beramal seperti amalan mereka" (HR. Al-Bukhari).
Bahkan dalam sebuah hadis Nabi saw bersabda : "Cinta padaku dan cinta pada Ahli Baitku Akan membawa manfaat di tujuh tempat yang sangat mengerikan : di saat wafat, di dalam kubur, ketika dibangkitkan, ketika pembagian buku-buku catatan amal, disaat hisab, di saat penimbangan amal-amal dan di saat penitian shirath al-mustaqim".
Dari firman Allah dan hadits-hadits Nabi SAW mengisyaratkan bahwa dengan mencintai Rasulullah maka kita akan senantiasa bersama-sama Rasulullah. Karena dengan mencintai Rasulullah tentu kita akan meneladani akhlaknya, mengerjakan sunnah-sunnahnya, dan tidak berlebihan, sebagaimana umat Nasrani mencintai Nabi Isa secara berlebihan sehingga menempatkan Nabi Isa lebih tinggi daripada kedudukan Allah swt.
"Mencintai Rasulullah dengan tulus akan membawa seseorang pada kemuliaan dan menempuh jalan orang yang dicintainya, mengikuti langkah-langkahnya, berada di atas manhajnya, dan mengambil petunjuknya. Ingat, Yahudi dan Nasrani mengaku mencintai para nabi mereka tetapi tidak mendapatkan nikmat menemani mereka di akhirat dikarenakan mereka menyalahi petunjuk para Nabinya." kata Daeng.
Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (balasan kebaikan pada) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah" (QS. al-Ahzaab ayat 21).
Ayat yang mulia ini menunjukkan kemuliaan dan keutamaan besar mengikuti sunnah Rasulullah SAW, karena Allah SWT sendiri yang menamakan semua perbuatan Rasulullah SAW sebagai "teladan yang baik", yang ini menunjukkan bahwa orang yang meneladani sunnah Rasulullah berarti dia telah menempuh Shallallahu 'Alaihi wa Sallam (jalan yang lurus) yang akan membawanya mendapatkan kemuliaan dan rahmat Allah 'Azza wa Jalla.