REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang tua diimbau untuk lebih mewaspadai penggunaan vape pada anak remaja mereka. Meski sebagian orang menganggapnya lebih baik dibandingkan rokok, penggunaan vape ternyata dapat memicu masalah kesehatan pada anak.
Belum lama ini, contohnya, sejumlah pelajar dari dua sekolah di Romsey, Inggris, harus dilarikan ke rumah sakit setelah mengisap vape. Para pelajar tersebut dilaporkan mengalami sejumlah gejala setelah nge-vape, seperti dari palpitasi jantung, kebingungan, dan kejang.
"(Para pelajar) memerlukan perawatan di rumah sakit setelah menggunakan vape," ungkap kepala sekolah dari kedua sekolah, Mountbatten School dan Romsey School, dalam surat yang mereka kirimkan kepada orang tua murid, seperti dilansir The Sun, Jumat (2/6/2023).
Mereka mencurigai adanya campuran bahan lain dalam cairan nikotin berperisa yang digunakan oleh para pelajar saat menggunakan vape. Saat ini, investigasi terkait kecurigaan tersebut masih terus berlangsung.
"Para pelajar yang terdampak menunjukkan gejala detak jantung lebih tinggi dari normal, kebingungan, dan dalam satu kasus kehilangan kesadaran," ungkap kedua kepala sekolah dalam surat.
Insiden serupa telah terjadi sebelumnya pada seorang pelajar di Manchester. Pelajar tersebut kehilangan kesadaran sesaat setelah satu kali hirupan vape miliknya. Berdasarkan investigasi, cairan vape yang dia gunakan mengandung minyak CBD atau minyak kanabidiol yang berasal dari tanaman kanabis atau ganja.
Sebelumnya, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak telah menyoroti tren penggunaan vape dikalangan anak remaja. Sunak menilai para produsen vape kini menjadikan anak-anak di bawah umur sebagai target pasar mereka.