REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Rumah rekaman pertama di Indonesia, Lokananta, siap beroperasi kembali sebagai sentra kreativitas dan komersial para musisi, baik nasional maupun internasional. Hal ini seiring dengan selesainya revitalisasi Lokananta yang sudah dilakukan sejak tahun lalu.
Direktur Utama Danareksa Yadi Jaya Ruchandi, di Solo, Jawa Tengah, Jumat (2/6/2023), mengatakan, revitalisasi aset milik Perum Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI) ini merupakan komitmen Kementerian BUMN melalui PT Danareksa (Persero) bersama Pemkot Surakarta agar Lokananta kembali hidup. "Lokananta pernah jadi salah satu produsen piringan hitam besar di Asia. Ribuan produksi berasal dari Lokananta," kata Yadi.
Ia menjelaskan, setelah melalui masa revitalisasi selama enam bulan, akhirnya pada Mei ini Lokananta siap dibuka kembali dengan ditandai oleh Festival Lokananta yang diselenggarakan selama dua hari, Sabtu-Ahad (3-4/6/2023). "Festival Lokananta akan diisi oleh 21 artis lintas generasi dari jam 2 siang sampai jam 11 malam (14.00-23.00 WIB, Red.)," kata Yadi lagi.
CEO Lokananta Wendi Putranto mengatakan, ke depan Lokananta akan menerapkan pendekatan yang baru. Bukan hanya menjadi pabrik piringan hitam tetapi juga sentra kreativitas. Bukan juga hanya jadi perusahaan rekaman tetapi juga pola place making, akan jadi creative and commercial hub, pemberdayaan UMKM.
"Lokananta secara reguler juga akan kami tampilkan pertunjukan musik, seni budaya. Kami lakukan pelestarian seni budaya Indonesia," kata Wendi.
Bahkan, pada 4 Mei lalu, Lokananta sudah bertemu dengan sebanyak 40 komunitas kreatif di Solo untuk ke depan bisa mengisi kalender acara di Lokananta. Karena Lokananta adalah aset nasional, pengelola juga mengundang komunitas di Jakarta untuk mengisi acara di sana.
"Pastinya akan banyak program dan kegiatan di Lokananta," kata Wendi lagi.
Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka mengapresiasi selesainya revitalisasi Lokananta. "Nanti tinggal kami ramaikan, para musisi bisa mencurahkan ide di sini," ungkap Gibran.