REPUBLIKA.CO.ID,Di pasar sepeda motor yang kompetitif saat ini, pabrikan Jepang menguasai sebagian besar pengendara berkat variasi dan kuantitas penawaran mereka. Merek-merek ini telah menjadi nama rumah tangga, dan sekarang sering dikenal karena keterjangkauan dan keandalannya. Mereka bahkan tampil bagus di puncak kancah olahraga motor, dengan pasangan ikonik seperti era Rossi di Yamaha dan dominasi Marquez di Honda.
Tapi kembali ke masa setelah Perang Dunia Kedua, tidak banyak orang yang tahu tentang sepeda motor Jepang. Negara yang dilanda perang sedang dalam proses pemulihan dan ekonominya disuntik dengan investasi untuk stimulasi. Hanya dalam waktu kurang dari setengah abad, Jepang akan terus mendominasi industri roda dua dan orang Eropa memberikan uang mereka. Inilah kisah bagaimana negeri matahari terbit menjadi pembangkit tenaga motor.
Awal sederhana industri sepeda motor Jepang
Sepeda motor pertama yang pernah menyentuh tanah Jepang adalah Hildebrand dan Wolfmüller pada tahun 1896. Setelah demonstrasi singkat di depan Hotel Hibiya di Tokyo, ketertarikan tertentu pada sepeda motor berkembang di kalangan orang Jepang.
Pada tahun 1907, Perusahaan Dagang Ishikawa Tokyo mengimpor sepeda motor Triumph ke Jepang, yang kemudian disalin oleh Eisuke Miyata untuk mengembangkan Asahi. Asahi digunakan oleh pemerintah dan lembaga penegak hukum di Jepang untuk tugas pengawalan.
Orang Jepang tidak hanya puas dengan mengimpor dan menyalin sepeda motor dari luar negeri, mereka ingin membuat sepeda motor buatan sendiri untuk menunjukkan kemampuan mereka. Pada tahun 1908, Narazo Shimazu membangun mesin sepeda motor pertama Jepang di Osaka.
Sebagai alternatif, mereka juga membuat rangka sepeda motor tetapi menempatkan mesin asing di dalamnya. Tren ini berlanjut hingga Amerika datang pada tahun 1916, membawa Harley-Davidson ke pasar Jepang. Mesin besar ini menjadi populer di kalangan orang Jepang, hingga sepeda motor berukuran sedang mencuri perhatian pada tahun 1922, ketika Triumph dan Norton kembali dengan penawaran yang lebih baik.
Untuk sebagian besar hari-hari awal sepeda motor, sepeda motor impor berkeliaran di jalanan Jepang. Ada beberapa upaya dari pabrikan lokal seperti Miyata Works, tetapi produksi mereka terbatas dibandingkan dengan kekuatan industri pabrikan asing.
Untuk menarik lebih banyak perhatian pada sepeda motor dan buatan Jepang, pabrikan mengadakan balapan dan aksi publisitas. Salah satu aksi ini termasuk perjalanan Narazo Shimazu selama 15 hari sejauh 1.430 mil dari Kagoshima ke Tokyo dengan sepeda motor Arrow First miliknya pada tahun 1926.