Ahad 04 Jun 2023 09:43 WIB

Korban Jiwa Unjuk Rasa Mematikan di Senegal Bertambah

Unjuk rasa yang dipicu persekusi pemimpin oposisi Senegal ini memasuki hari ketiga.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Demonstran melempari polisi dengan batu saat unjuk rasa di Dakar, Senegal, Sabtu, 3 Juni 2023.
Foto: AP Photo/Leo Correa
Demonstran melempari polisi dengan batu saat unjuk rasa di Dakar, Senegal, Sabtu, 3 Juni 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, DAKAR -- Kerusuhan terbaru kembali pecah antara pendukung oposisi pemerintah dan polisi Senegal di Ibukota Dakar. Unjuk rasa yang dipicu persekusi pemimpin oposisi negara Afrika Barat ini memasuki hari ketiga.

Polisi mengatakan total jumlah kematian sejak Kamis (1/6/2023) naik 15 orang, menjadikan unjuk rasa ini sebagai demonstrasi paling mematikan di Senegal dalam beberapa dekade terakhir. Kantor kepresidenan mengatakan dua orang petugas keamanan termasuk total korban tewas itu.

Baca Juga

Setelah jeda siang, pengunjuk rasa kembali turun ke jalan pada Sabtu (3/6/2023) sore. Mereka kembali memasang barikade dan membakar sampah di distrik HLM, Dakar. Polisi di sana dan di dalam pemukiman warga Ngor melepaskan gas air mata untuk membubarkan warga yang marah.

Pom bensin dan pasar swalayan dijarah pada Jumat (2/6/2023) malam dan beberapa distrik dipenuhi puing-puing dan ban yang terbakar. Menteri Dalam Negeri Felix Abdoulaye Diome mengatakan sebuah pabrik pengolahan air juga menjadi sasaran.

"Terdapat niat yang jelas untuk mengganggu kerja normal aktivitas ekonomi kami, pemilihan sasaran tidak tanpa sengaja," kata Diome pada wartawan.

Ia menggambarkan situasinya masih dalam kendali. Diome menambahkan sudah 500 orang ditahan sejak unjuk rasa yang pertama kali pecah pada tahun 2021 lalu.

Katalis dari kerusuhan ini adalah vonis ketua oposisi Ousmane Sonko dalam kasus pemerkosaan pada Kamis lalu. Pendukungnya mengatakan ia dipersekusi dengan motif politik dan Sonko membantah melakukan pelanggaran hukum.

Dalam sidang yang tidak dihadirinya, Sonko dibebaskan dari pemerkosaan tapi dinyatakan bersalah merusak anak dibawah umur dengan vonis dua tahun penjara. Hukuman ini mencegahnya maju dalam pemilihan umum bulan Februari mendatang dan unjuk rasa merupakan jawaban atas ajakannya melawan pihak berwenang.

Diome menolak memberikan komentar apakah polisi berencana segera menahan Sonko untuk memulai masa hukumannya. Langkah yang tampaknya akan semakin membakar ketegangan.

Pemerintah Senegal menempatkan tentara untuk membantu polisi anti huru-hara di sekitar kota. Distrik Ouakam, Dakar mulai terlihat tenang pada Sabtu sore tapi lebih dari satu lusin tentara menjaga pom bensin yang sudah porak poranda di sana.

Seorang pemilik toko di dekat pom bensin, Abdou Ndiaye mengatakan ia menutup tokonya selama dua hari dan baru membukanya pada Sabtu sore.

"Kami sangat takut karena anda tidak tahu kapan massa akan datang dan ketika mereka datang mereka mengambil, barang-barang anda, mereka pencuri," katanya di dalam gudang tokonya yang penuh dengan makanan dan perlengkapan rumah tangga.

Senegal salah satu negara demokrasi yang paling stabil di Afrika telah dilanda unjuk rasa dengan kekerasan sejak Sonko dibawa ke pengadilan. Presiden Macky Sall dituduh akan melampaui batas dua masa jabatan dan maju lagi pada Februari mendatang. Sall tidak mengkonfirmasi atau membantah tuduhan itu.

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement