REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- National Eating Disorders Association (NEDA) di Amerika Serikat menonaktifkan fitur chatbot mereka yang dikenal dengan nama Tessa. Langkah ini diambil setelah Tessa kedapatan memberi tips diet yang berbahaya kepada pengguna dengan gangguan makan.
Hal ini diungkapkan oleh aktivis dan konsultan inklusivitas berat badan, Sharon Maxwell, serta psikolog klinis dengan spesialis gangguan makan, Alexis Conason. Keduanya mengetes chatbot Tessa dengan berpura-pura sebagai individu yang memiliki gangguan makan dan ingin menurunkan berat badan.
Alih-alih memberikan panduan yang berfokus pada gangguan makan, Tessa justru memberikan tips cara menurunkan berat badan. Tessa bahkan memberikan saran penurunan badan sebanyak 0,5-1 kg per pekan dengan restriksi makan dan defisit kalori kepada pengguna yang mengaku mengalami gangguan makan.
Conason menilai anjuran yang diberikan Tessa berpotensi membahayakan individu yang memiliki gangguan makan. Anjuran seperti itu, lanjut Tessa, bisa membuat gejala gangguan makan yang dialami pengguna menjadi semakin signifikan.
"Itu seperti memberikan lampu hijau (kepada penderita) untuk terus menerapkan perilaku gangguan makan," ujar Conason, seperti dilansir Today, dikutip Ahad (5/6/2023).
Hal senada juga diungkapkan oleh Maxwell melalui Instagram. Maxwell mengungkapkan bahwa orang-orang yang mengakses chatbot NEDA umumnya merupakan penderita gangguan makan dengan kondisi yang rentan. Respons yang diberikan Tessa sama sekali tak membantu para penderita menanggulangi gangguan makan mereka.
"Bila saya mengakses chatbot ini ketika saya bergelut dengan gangguan makan, saya tak akan mendapatkan bantuan untuk gangguan makan yang saya hadapi," kata Maxwell.