Senin 05 Jun 2023 12:28 WIB

Lazada dan Shopee Harus Hati-Hati, TikTok Shop Mulai Beraksi

Nilai total barang yang dijual TikTok Shop meroket empat kali lipat.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Natalia Endah Hapsari
Popularitas bisnis lokapasar alias e-commerce TikTok, TikTok Shop, telah meningkat pesat/ilustrasi
Foto: AP Photo/Michael Dwyer
Popularitas bisnis lokapasar alias e-commerce TikTok, TikTok Shop, telah meningkat pesat/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Dua tahun sejak diluncurkan, popularitas bisnis lokapasar alias e-commerce TikTok, TikTok Shop, telah meningkat pesat karena pertumbuhan meteorik global aplikasi video pendek tersebut. Pendakian cepat dari fitur belanja milik ByteDance ini menimbulkan pertanyaan, apakah Shopee dan Lazada dapat tetap menjadi yang terdepan dalam persaingan pasar lokapasar Asia Tenggara?

TikTok mulai terjun ke lokapasar pada akhir tahun 2021. Pada 2022, platform video pendek itu mulai memfokuskan kembali upayanya di Asia Tenggara. Tahun lalu, TikTok Shop berekspansi ke enam negara Asia Tenggara, Singapura, Malaysia, Indonesia, Filipina, Vietnam, dan Thailand.

Baca Juga

Menurut data internal dari media teknologi The Information, GMV TikTok Shop, atau total nilai barang yang terjual, meroket lebih dari empat kali lipat menjadi 4,4 miliar dolar AS di Asia Tenggara pada 2022. Tahun ini, TikTok Shop dikabarkan membidik target GMV di 12 miliar dolar AS.

Dalam sebuah laporan baru-baru ini di Sea Group, pemilik Shopee yang juga seorang analis di Blue Lotus Research Institute, Shawn Yang, menyoroti bagaimana TikTok terus berkembang di negara-negara Asia Tenggara.

“Kami memperkirakan (GMV) TikTok 2023 akan mencapai 20 persen dari Shopee, yang kami sarankan mendorong Shopee untuk meningkatkan penjualan dan pemasaran mulai April secara defensif,” kata Yang dilansir dari Techwire Asia, Senin (5/6/2023).

GMV TikTok Shop saat ini hanya sebagian kecil dari Shopee dan Lazada. Shopee meraup 73,5 miliar dolar AS dalam GMV untuk tahun 2022, sementara GMV Lazada mencapai 21 miliar dolar AS hingga September 2021.

Menurut laporan akhir tahun TikTok, GMV bisnis lintas batas internasionalnya tumbuh 136 persen tahun lalu, dengan raksasa media sosial itu menetapkan target GMV baru sebesar 23 miliar dolar AS untuk tahun 2023. “Lebih dari 30 ribu pemengaruh dan 60 ribu toko telah menyiarkan lebih dari 2,7 juta jam konten komersial mempromosikan dagangan mereka, mengumpulkan 1,3 miliar interaksi pengguna,” kata laporan itu.

Ironisnya, kenaikan pesat ke Asia Tenggara terjadi ketika platform lokapasar Asia yang bersaing meningkatkan ekspansi mereka ke luar negeri. Lazada dan Shopee yang dimiliki Alibaba telah menjelajahi Eropa. Meski begitu, Shopee yang telah memperluas jejaknya di Malaysia, terus membangun operasinya di Brasil setelah keluar dari beberapa pasar Eropa dan Amerika Latin.

Sementara itu, TikTok baru-baru ini meningkatkan aktivitasnya di seluruh wilayah, termasuk fitur platform baru, insentif untuk pedagang, dan kemitraan dengan e-commerce enabler dan mitra logistik.

Sementara pasar lokapasar di Asia Tenggara telah berkembang pesat sejak pertengahan 2010-an, dan pandemi telah mendorongnya ke fase baru. Dari 2016 hingga 2021, menurut McKinsey, total nilai penjualan lokapasar tumbuh lima kali lipat atau 40 persen setiap tahunnya. Dan pangsa e-commerce dari semua penjualan ritel melonjak menjadi 20 persen dari sebelumnya lima persen.

Di Asia Tenggara, di sisi lain, popularitas social e-commerce dipercepat oleh tingginya tingkat penetrasi mobile internet. Generasi pertama seluler ini menghabiskan banyak waktu di media sosial dan meningkatkan keterlibatan mereka.

Dengan lebih dari 250 juta pengguna di kawasan Asia Tenggara, TikTok berada dalam posisi yang tak terbantahkan untuk memimpin pasar perdagangan. Menurut survei yang dilakukan oleh perusahaan ritel online Cube Asia, sentimen pembeli Asia Tenggara juga mengalami angin perubahan.

Menurut Statista, Indonesia memiliki populasi pengguna TikTok terbesar kedua setelah AS. Selain itu, apa yang membedakan TikTok Shop dari pesaingnya adalah ia membebankan komisi terendah saat mencoba mendominasi persaingan sebesar 1 persen dibandingkan dengan biaya platform lain sebesar 10 persen.

Tidak diragukan lagi, platform media sosial milik ByteDance menghadapi persaingan ketat dari pemain mapan seperti Shopee dan Lazada. Sisi baiknya adalah seiring dengan berlanjutnya ledakan e-commerce di Asia Tenggara, social commerce akan menjadi semakin umum, dan TikTok sangat siap untuk mengeksplorasi ini sebagai aliran pendapatan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement