REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kerusuhan yang terjadi di Jalan Tamansiswa, Mergangsan, Kota Yogyakarta menimbulkan trauma bagi masyarakat sekitar. Saat peristiwa yang terjadi di depan Pendopo Tamansiswa pada Ahad (4/6/2023) kemarin, warga sempat melerai massa.
Salah satu warga, Titik (68) mengatakan bahwa ia yang saat itu baru pulang dari masjid untuk melaksanakan shalat maghrib sempat melihat rombongan massa. Titik yang tinggal dekat dengan lokasi kejadian yakni di Gang Joyonegaran bahkan sempat melerai massa tersebut.
"Waktu itu massa masih sedikit, aku sempat melerai dulu. 'Ini di kampung, bubar, bubar, nanti jadi enggak karu-karuan'," kata Titik sambil menirukan perkataan yang ia keluarkan ketika melerai massa, saat ditemui di lokasi, Senin (5/6/2023).
Tidak berselang lama, Titik justru melihat rombongan massa semakin banyak di Gang Joyonegaran, bahkan melimpah ruah hingga di Jalan Tamansiswa. Melihat hal ini, ia panik dan langsung masuk ke rumahnya.
"Dari belakang sini dari timur sudah seperti lautan manusia. Aku terus masuk saja ke dalam rumah. Dari timur sudah enggak bisa dibendung lagi," ujar Titik.
Titik juga menyebut bahwa terjadi kepanikan warga sekitar akibat banyaknya massa. Bahkan, ada sekelompok orang yang sampai membawa senjata tajam, hingga tongkat bambu dan kayu, hingga batu.
Pasalnya, waktu itu masih banyak anak-anak yang tinggal di kawasan tersebut masih berkumpul bersama di luar rumah. Hal ini juga mengakibatkan kepanikan ibu-ibu yang tinggal di kawasan itu, dan mencari putra-putrinya masing-masing.
"Anak-anak remaja masih di pinggir jalan, aku khawatir kalau anak-anak kan enggak tahu apa-apa. Kalau anak di sini enggak tahu apa-apa (terkena imbasnya), terus yang tua-tua keluar ini kan bahaya sekali. Anak-anak langsung disuruh masuk," jelasnya.
"Orang-orang tua itu pada nyari anak-anaknya, panik, enggak ada yang enggak panik karena tiba-tiba banyak orang (massa). Ibu-ibu itu enggak tenang, ikut lari," terangnya.