REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Partai Gerindra, Ahmad Muzani mengungkap sejumlah alasan meningkatnya elektabilitas Prabowo Subianto. Pertama, adalah kedekatan Menteri Pertahanan (Menhan) itu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Prabowo dan Jokowi, jelasnya, sudah bersaing pada pemilihan presiden (Pilpres) 2014 dan 2019. Kemudian, bergabungnya Partai Gerindra ke dalam pemerintahan dipandang publik sebagai bentuk persatuan untuk kepentingan bangsa.
"Ketika kemudian keduanya terkesan menyatu itu juga disukai, ini tidak bisa dianggap enteng dan kami nilai itu sebagai faktor yang juga sangat signifikan dari kesukaan orang terhadap Prabowo," ujar Muzani di Kantor DPP Partai Amanat Nasional (PAN), Jakarta, Senin (5/6/2023).
Kedekatan tersebut kerap dipandang sebagai bentuk dukungan dari Jokowi kepada Prabowo. Partai Gerindra tentu menghargai jika benar adanya dukungan tersebut.
"Keduanya saling berdekatan saling bekerja sama, maka kemudian ada kesan endorsement dukungan. Itu yang kemudian menimbulkan rakyat itu sesungguhnya menyenangi," ujar Muzani.
Kendati demikian, ia menegaskan, bahwa kedekatan dengan Jokowi bukan satu-satunya faktor pendompleng elektabilitas Prabowo. Ada faktor basis pemilih yang hingga kinerjanya sebagai Menhan yang dipuji publik.
Di samping itu, ia menilai masyarakat lebih mengenal Prabowo yang merupakan dampak dari keikutsertaannya pada Pilpres 2014 dan 2019. Hal tersebut membuatnya sudah memiliki basis pemilih di masyarakat.
"Sehingga Pak Prabowo sebagai calon presiden itu supporting-nya dari internal partai dari survei manapun sangat tinggi. Sekitar 80 persen pemilih Gerindra itu memilih Pak Prabowo," ujar Muzani.
Peneliti Utama Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi memaparkan faktor yang menyebabkan tren elektabilitas bakal calon presiden dari Gerindra Prabowo Subianto terus mengalami kenaikan dan mulai menyalip bacapres PDIP Ganjar Pranowo. Salah satunya, Prabowo berada di tengah-tengah pendukung yang puas terhadap kinerja Presiden Joko Widodo dan pendukung yang tidak puas.
Berdasarkan Survei Indikator Politik Indonesia bertajuk 'Saling Salip Elektabilitas Capres dan Cawapres Jelang 2024' dalam simulasi tiga nama capres menurut kinerja presiden, warga yang puas dan cukup puas dengan Presiden Jokowi umumnya memilih dua nama Ganjar dan Prabowo. Sedangkan yang tidak puas dengan Jokowi juga hampir imbang memilih bacapres Anies dan Prabowo.
"Jadi ada di dua kaki, jadi pemilih Prabowo ini dapat dari dua segmen sekaligus. Jadi yang menjelaskan Prabowo naik, karena dia dapat dua dukungan dari dua kelompok yang puas sekaligus tidak puas dengan kinerja Jokowi," ujar Burhanuddin dalam rilis survei yang dilakukan secara virtual, Ahad (4/6/2023).