Selasa 06 Jun 2023 01:25 WIB

Bertemu Pengurus KAHMI, Jokowi Jelaskan Soal Cawe-Cawe

KAHMI sebut Jokowi ingin penggantinya bisa memiliki persepsi sama majukan bangsa

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertemu dengan pengurus Majelis Nasional (MN) Korps Alumni HMI (KAHMI) di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (5/6)
Foto: AP Photo/Achmad Ibrahim
Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertemu dengan pengurus Majelis Nasional (MN) Korps Alumni HMI (KAHMI) di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (5/6)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertemu dengan pengurus Majelis Nasional (MN) Korps Alumni HMI (KAHMI) di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (5/6). Dalam pertemuan ini, Jokowi menjelaskan soal cawe-cawe dalam pemilu yang menjadi perhatian banyak pihak.

Koordinator Presidium Majelis Nasional (MN) Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Ahmad Doli Kurnia mengatakan bahwa Presiden ingin agar penggantinya nanti bisa memiliki persepsi yang sama dalam memajukan bangsa dan memanfaatkan berbagai peluang.

"Tadi juga beliau sampaikan klarifikasi soal cawe-cawe, jadi konteksnya Presiden sebetulnya ingin sampaikan kepada siapapun yang akan menjadi penerus atau presiden dan wapres di periode akan datang, itu harus mempunyai persepsi yang sama dalam menghadapi realitas yang tidak mudah, tadi situasi tidak mudah tapi peluangnya besar," ujar Doli di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta.

Doli mengatakan, momentum saat ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya agar Indonesia bisa menjadi negara maju. Berbagai sumber daya pun juga dinilai perlu dikelola dengan baik, salah satunya dengan mengembangkan kendaraan listrik.

"Ini yang saya kira menjadi tools untuk kita bisa lompat menjadi negara yang maju," kata dia.

Karena itu, lanjut Doli, semua pihak dinilai harus terlibat untuk mencapai tujuan tersebut, termasuk Presiden Jokowi. Doli mengatakan, Jokowi sadar terkait posisinya sebagai Presiden, Kepala Negara dan juga pemerintahan.

Selain itu, Jokowi juga sadar bahwa proses politik di pemilu lebih melibatkan pimpinan-pimpinan partai politik. Karena itu, keterlibatan Jokowi dinilai perlu dilakukan dalam hal untuk menyampaikan pesan-pesan kepentingan bangsa dan negara.

"Jadi konteks cawe-cawe itu adalah keterlibatan untuk bagaimana supaya kita semua ini memahami situasi dan kondisi dan punya tekad untuk maju terus menjadi negara yang lebih baik," ujar Doli.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
قَالَ يٰقَوْمِ اَرَءَيْتُمْ اِنْ كُنْتُ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّيْ وَرَزَقَنِيْ مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا وَّمَآ اُرِيْدُ اَنْ اُخَالِفَكُمْ اِلٰى مَآ اَنْهٰىكُمْ عَنْهُ ۗاِنْ اُرِيْدُ اِلَّا الْاِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُۗ وَمَا تَوْفِيْقِيْٓ اِلَّا بِاللّٰهِ ۗعَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْهِ اُنِيْبُ
Dia (Syuaib) berkata, “Wahai kaumku! Terangkan padaku jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan aku dianugerahi-Nya rezeki yang baik (pantaskah aku menyalahi perintah-Nya)? Aku tidak bermaksud menyalahi kamu terhadap apa yang aku larang darinya. Aku hanya bermaksud (mendatangkan) perbaikan selama aku masih sanggup. Dan petunjuk yang aku ikuti hanya dari Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya (pula) aku kembali.

(QS. Hud ayat 88)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement