Selasa 06 Jun 2023 02:05 WIB

Apakah Benar Warga Muhammadiyah Anti Maulid Nabi?

Orang Muhammadiyah menyebut tidak ada larangan dan tidak ada kewajiban merayakan Maulid Nabi.

Rep: Kurusetra/ Red: Partner
Muhammadiyah Rayakan Maulid Nabi. Orang Muhammadiyah disebut anti memperingati Maulid Nabi, benarkah?

Muhammadiyah Rayakan Maulid Nabi. Orang<a href= Muhammadiyah disebut anti memperingati Maulid Nabi, benarkah?" />
Muhammadiyah Rayakan Maulid Nabi. Orang Muhammadiyah disebut anti memperingati Maulid Nabi, benarkah?

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Umat Islam di Indonesia, khususnya warga NU, merayakan kelahiran Nabi Muhammad Shalallahu Alahi Wassalam setiap 12 Rabiul Awal atau Maulid Nabi. Perayaan Maulid Nabi biasanya dengan menggelar berbagai acara seperti tabligh akbar. Namun, ada anggapan orang Muhammadiyah tidak merayakan Maulid Nabi karena dianggap bid'ah dholalah. Benarkah demikian?

Anggapan jika orang Muhammadiyah tidak merayakan Maulid Nabi lantaran Rasulullah tidak pernah mengajarkannya. Muhammadiyah yang memiliki perbedaan dalam hal ibadah, seperti tidak tahlilan, tidak membaca doa Qunut ketika Sholat Subuh, hingga disebut anti-ziarah kubur, dinilai juga enggan merayakan Maulid Nabi.

Majelis Tarjih Muhammadiyah dalam pemberitaan di situs resminya Muhammadiyah.or.id, menyatakan tidak ada dalil yang berisi larangan maupun perintah dalam memperingati Maulid Nabi Saw. “Pada prinsipnya, Tim Fatwa belum pernah menemukan dalil tentang perintah menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi saw, sementara itu belum pernah pula menemukan dalil yang melarang penyelenggaraannya,” tutur Kepala Kantor Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Amirudin Faza.

.

BACA JUGA: Di Hadapan Gus Dur, Ratusan Warga NU Jadi Orang Muhammadiyah Gara-Gara Sholat Tarawih

Amirudin menegaskan hukum Maulid Nabi termasuk dalam perkara ijtihadiyah dan tidak ada kewajiban sekaligus tidak ada larangan untuk melaksanakannya. Namun, jika perayaan ini telah membudaya di masyarakat, penting untuk diperhatikan aspek-aspek yang memang dilarang agama.

“Perbuatan yang dilarang di sini, misalnya adalah perbuatan-perbutan bid’ah dan mengandung unsur syirik serta memuja-muja Nabi Muhammad saw secara berlebihan, seperti membaca wirid-wirid atau bacaan-bacaan sejenis yang tidak jelas sumber dan dalilnya,” terang Amir sambil mengutip hadis riwayat Umar bin Khattab yang terdapat dalam Shahih Bukhari.

BACA JUGA: Di Masjid Muhammadiyah Usai Sholat tak Ada Dzikir dan Doa Berjamaah, Ini Alasannya

Perayaan Maulid Nabi menurut dia juga harus dilihat atas dasar kemaslahatan, yakni menyadari betapa penting mengimajinasikan bagaimana kalau Rasulullah hadir pada zaman kita. Misalnya, kata dia, dengan cara menyelenggarakan pengajian atau acara lain yang sejenis yang mengandung materi kisah-kisah keteladanan Nabi saw.

“Maulid Nabi Muhammad saw yang dipandang perlu diselenggarakan tersebut harus mengandung manfaat untuk kepentingan dakwah Islam, meningkatkan iman dan taqwa serta mencintai dan meneladani sifat, perilaku, kepemimpinan dan perjuangan Nabi Muhammad saw,” terang Amir sambil mengutip QS. al-Ahzab: 21.

BACA JUGA: Alasan Kenapa Warga Muhammadiyah tak Pernah Ikut Tahlilan

Muhammadiyah punya cara sendiri merayakan Maulid Nabi, yakni dengan...


Rasulullah. Orang Muhammadiyah disebut anti memperingati Maulid Nabi, benarkah?
Rasulullah. Orang Muhammadiyah disebut anti memperingati Maulid Nabi, benarkah?

CARA MUHAMMADIYAH RAYAKAN MAULID NABI

Menurut Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dadang Kahmad, ikut meramaikan hari Maulid Nabi dengan dakwah dan tablig tanpa seremoni-seremoni tertentu. “Mungkin Muhammadiyah tidak menyelenggarakan secara khas, karena bentuk-bentuk penyelenggaraan di dunia ini berbagai macam. Kemarin di Dubai salawat dengan rebana, kalau di daerah lain membagi-bagikan makanan seperti di Afghanistan. Ada juga yang ceramah-ceramah agama,” ujar Dadang dalam Catatan Akhir Pekan TvMu, Ahad (23/10/2022), seperti dinukil dari Muhammadiyah.or.id.

Dadang mengutamakan umat Muslim, khususnya warga Muhammadiyah untuk meneladani akhlak mulia Nabi dan mengamalkannya selama Maulid. Karena yang harus dicontoh adalah Rasulullah sebagai nabi yang memiliki perilaku sangat mulia.

“Yang harus kita contoh itu Kanjeng Nabi Muhammad Saw sebagai Nabi yang mempunyai perilaku sangat mulia. Kata Aisyah Ra, akhlak nabi adalah Alquran,” ujar Dadang.

BACA JUGA: Perbedaan dan Persamaan Kristen Muhammadiyah (KrisMuha) dengan NU Cabang Kristen

Ia berkata Rasulullah adalah seorang manusia yang memiliki akhlak lemah lembut. “Penyantun, pengampun, pemaaf Nabi itu. Lemah lembut, akrab, tidak mempersulit orang. Saya kira kita ini perlulah di Muhammadiyah ini menjadikan akhlak nabi itu sebagai akhlak kita,” ucap dia.

Meski mubah, Dadang juga berpesan agar dalam perayaan Maulid umat muslim menghindari berbagai perbuatan yang mengancam akidah dan melanggar syariat. “Tetapi yang kita inginkan jangan sampai memperingati Maulid Nabi itu melanggar aturan agama. Contohnya pada bulan Mulud ini banyak orang yang mensucikan jimat, jimatnya dibersihkan, dimandikan. Saya kira di Muhammadiyah tidak dikenal jimat-jimat seperti itu. Termasuk sihir. Juga mengunjungi kuburan-kuburan keramat. Muhammadiyah tidak seperti itu,” terang Dadang.

BACA JUGA: Alasan Warga Muhammadiyah Sholat Subuhnya tak Pakai Doa Qunut

Selain menyelenggarakan tablig dan pengajian, Muhammadiyah dalam mengisi Maulid kata Dadang justru mengadakan berbagai kegiatan sosial. “Di kita ini justru kalau bisa ada gerakan-gerakan santunan sosial, pengobatan-pengobatan gratis, membagikan makanan yang itu saja meniru akhlak Nabi yang saleh,” ucap dia.

Menurut Kiai Mas Mansur, hukum merayakan Maulid Nabi adalah...


Makam Nabi Muhammad SAW di Madinah. Orang Muhammadiyah disebut anti memperingati Maulid Nabi, benarkah?
Makam Nabi Muhammad SAW di Madinah. Orang Muhammadiyah disebut anti memperingati Maulid Nabi, benarkah?

PENDAPAT KH MAS MANSUR SOAL MAULID NABI

Walaupun menjadi tradisi sebagian besar umat Islam, di masa lalu sebagian kaum Muslimin di Indonesia ada yang melarang peringatan Maulid Nabi. Setidaknya hal ini dapat kita baca dalam tulisan Kiai Mas Mansur (Ketua Majelis Tarjih 1928-1936 dan ketua PP Muhammadiyah 1937-1941) di dalam Panji Islam 25 Mei 1937 dan di Pedoman Masyarakat Nomor 16/1940. Kedua tulisan itu dapat dibaca di buku Mas Mansur Karangan Yang Tersebar yang disunting Amir Hamzah Wirjosukarto.

Dua tulisan itu pertama tentang Hukum Memperingati Maulid Nabi dan yang kedua tentang Kedudukan Maulud dalam Islam. Pada tulisan pertama Mas Mansur mengemukakan polemik tentang hukum peringatan Maulid Nabi dan pendapat yang berkembang.

BACA JUGA: Apa Itu Kristen Muhammadiyah (KrisMuha)?

.

“Sekarang mari kita selidiki dengan seksama, bagaimanakah sebenarnya kedudukan maulud itu dalam Islam, agar hal ini hendaknya jangan meragukan bagi umat Islam tentang mendudukkannya. Terutama sekali hal ini, sudah berabad-abad dijalankan oleh umat Islam,sehingga pada masa sekarang ini dia dibuat sebagai adat kebiasaan, dikerjakan di mana-mana tempat, istimewa di tanah air kita Indonesia ini."

"Cuma yang tinggal menjadi buah perbincangan kita, ialah: Apakah maulud itu termasuk perkara agama, ataukah dia hanya ada kebiasaan bagi umat Islam, untuk menghidupkan semangat dan perasaannya, menyadarkan jiwa raganya kepada jasa dan pengorbanan yang telah ditumpahkan oleh Nabi besar SAW. Itu, artinya bukan tergolong perkara agama?"

BACA JUGA: Kenapa Indonesia Jadi Negara Pancasila Bukan Negara Islam? Ini Kata Gus Dur Menurut NU-Muhammadiyah

Sedangkan di bagian paling akhir Kiai Mas Mansur menulis, “Di samping kita menghormati hari maulud itu, janganlah kita anggap bahwa pekerjaan kita yang demikian itu termasuk suruhan agama, karena kalau demikian, nyatalah pekerjaan kita itu bid’ah dhalalah karena suruhan dari Rasul tidak ada. Hanya hal itu semata-mata timbul dari hati yang suci, hati yang rindukan turut mengagungkan hari maulud penghulunya . kalau umpamanya ada orang yang berkata: kenapa dilakukan pada bulan maulud saja, tidak dilakukan pada lain waktu. Kita jawab dengan ringkas: Sebabnya, ialah karena pada ketika itu, adalah sebaik-baiknya waktu, (psychologisch moment), sedang sesuatu barang yang dikerjakan pada yang bertepatan dengan waktunya itu, lebih utama dari sesuatu yang tak dikerjakan pada yang bukan waktunya yang asli.”

.

BACA BERITA MENARIK LAINNYA:

> Humor NU: Orang Muhammadiyah Ikut Tahlilan Tapi Gak Bawa Pulang Berkat, Diledek Makan di Tempat Saja

> Bolehkah Makan Nasi Berkat dari Acara Tahlilan? Halal Bisa Jadi Haram

> Banyak Pria Jakarta Sakit Raja Singa Gara-Gara Wisata "Petik Mangga"

> Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah

> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah Jadi Imam Tarawih di Masjid NU

> Humor Gus Dur: Yang Bilang NU dan Muhammadiyah Berjauhan Hanya Cari Perkara, Yang Dipelajari Sama

> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab

> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan

> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: [email protected]. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

.

sumber : https://kurusetra.republika.co.id/posts/221147/apakah-benar-warga-muhammadiyah-anti-maulid-nabi
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement