REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Minoritas Muslim China di Provinsi Yunnan menolak penghancuran paksa sebagian masjid lokal oleh rezim komunis. Penolakan tersebut mengakibatkan bentrokan antara minoritas Muslim dengan pasukan polisi bersenjata.
Beberapa video viral di media sosial menunjukkan bahwa pengunjuk rasa berkumpul di pintu masuk Masjid Najiaying di Kota Nagu Kota Yuxi di Provinsi Yunnan barat daya China pada 27 Mei.
Sejumlah besar polisi khusus yang dilengkapi pentungan dan tameng anti huru hara membentuk tembok manusia yang mengelilingi pintu masuk masjid untuk melarang orang masuk.
Dilansir dari The Epoch Times, Senin (5/6/2023), sebuah rekaman video menunjukkan beberapa pengunjuk rasa mencoba untuk menerobos garis polisi dan menghentikan penghancuran di dinding luar masjid abad ke-14 itu.
Polisi menggunakan cara kekerasan untuk membubarkan massa, yang menyebabkan bentrokan sengit antara kedua belah pihak. Garis polisi mundur sekali, dan tim pembongkaran juga mundur untuk sementara.
Diskusi tentang insiden tersebut di platform media sosial Tiongkok dengan cepat disensor. Seorang pengguna bernama Ma Ju telah memposting pembaruan insiden tersebut dengan rekaman video di Twitter, yang telah menarik perhatian dan laporan media besar Barat.
Di salah satu postingannya, Ma mengatakan otoritas Partai Komunis China (PKC) mengirim sejumlah besar petugas polisi untuk ditempatkan di seluruh kota.
Kendaraan pelindung sinyal dari berbagai perusahaan telekomunikasi dipasang untuk mematikan koneksi ponsel dan internet di daerah tersebut.
“Lebih dari 30 orang ditangkap hari ini, dan beberapa orang diambil kembali dari polisi oleh pengunjuk rasa lainnya,” tulis Ma dalam posting Twitter 27 Mei.
Baca juga: Terpikat Islam Sejak Belia, Mualaf Adrianus: Jawaban Atas Keraguan Saya Selama Ini
Unggahan tersebut berisi video seorang pria yang diborgol dengan memar di dadanya, dan seorang wanita terdengar mengeluh tentang bagaimana dia diperlakukan.
Pada 28 Mei, sebuah video memperlihatkan bahwa di bawah pengawalan polisi bersenjata, tim teknik terus memasuki kawasan Najiaying, mempersiapkan pembongkaran paksa.
Polisi Tiongkok setempat mengeluarkan pemberitahuan pada 28 Mei, yang menyebutkan bahwa sebuah insiden yang “sangat mengganggu tatanan sosial terjadi di Kota Nagu pada 27 Mei” dan memberikan waktu bagi pengunjuk rasa untuk menyerahkan diri hingga 6 Juni.
Ma menulis di Twitter pada 29 Mei: “Saya pasti telah melakukan sesuatu dengan benar. Dalam beberapa hari terakhir, saya telah menerima banyak pesan pribadi Twitter yang mengancam akan membunuh saya.” Kata dia seraya melampirkan contoh ancaman dalam pesan tersebut.