Selasa 06 Jun 2023 12:02 WIB

Inflasi Mei Lebih Rendah, Ekonom Soroti Persoalan Daya Beli

Bhima menuturkan, indikator daya beli masih tertekan.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Ahmad Fikri Noor
 Orang-orang berbelanja sayuran di pasar tradisional di Bogor,  Rabu (3/5/2023).
Foto: EPA-EFE/BAGUS INDAHONO
Orang-orang berbelanja sayuran di pasar tradisional di Bogor, Rabu (3/5/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Mei 2023 lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Meskipun begitu, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, tetap ada yang perlu dicermati, khususnya dengan masih tingginya harga kebutuhan pokok dan persoalan daya beli.

"Ini tecermin dari inflasi makanan minuman dan rokok yang relatif tinggi 4,27 persen pada Mei 2023 dibandingkan periode yang sama pada 2022," kata Bhima kepada Republika, Selasa (6/6/2023).

Baca Juga

Dia menjelaskan, idealnya saat pasca-Lebaran terjadi normalisasi pada harga pangan. Faktanya, kata dia, harga telur ayam dan daging ayam di sebagian besar daerah masih bergejolak.

Bhima juga menuturkan, indikator daya beli masyarakat masih tertekan. "Ini ditunjukkan oleh rendahnya inflasi inti secara bulanan sebesar 0,04 persen," ujar Bhima.

Jika dilihat, dia melanjutkan, konsumen menengah ke atas masih banyak yang menahan untuk berbelanja. Bhima menilai, hal tersebut dimungkinkan karena masih melihat situasi ekonomi global yang penuh dinamika sebagai pertimbangan.

"Pemilu juga bisa memiliki side effect ke psikologis konsumen kelompok atas sehingga wait and see dulu," kata Bhima.

Sementara itu, Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan, secara umum pasca-Lebaran inflasi memang cenderung akan lebih rendah. Meskipun begitu, Eko menekankan masih ada berbagai kondisi yang perlu diantisipasi.

"Yang perlu dicermati adanya risiko El Nino. Kemungkinan produksi pangan berkurang, ujungnya inflasi bisa naik lagi," ujar Eko.

Sebelumnya, BPS mencatat inflasi pada Mei 2023 mencapai 0,09 persen. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan, inflasi tersebut secara bulanan lebih rendah dibandingkan April 2023.

"Inflasi Mei 2023 secara bulanan ini lebih rendah dibandingkan inflasi bulanan April dan Mei 2022 yang masing-masing sebesar 0,33 persen dan 0,40 persen," kata Pudji dalam konferensi pers, Senin (5/6/2023).

Sementara itu, secara tahunan inflasi Mei 2023 mencapai 4,00 persen. Pudji mengatakan angka tersebut juga lebih rendah dibandingkan inflasi tahunan pada April 2023 yaitu sebesar 4,33 persen namun lebih tinggi dibandingkan inflasi Mei 2022 sebesar 3,55 persen.

Dia menuturkan, penyumbang utama inflasi Mei 2023 secara bulanan adalah inflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,48 persen. "Ini dapat diredam oleh deflasi kelompok transportasi 0,56 persen serta pakaian dan alas kaki sebesar 0,46 persen," ujar Pudji.

Pudji menambahkan, komoditas penyumbang utama inflasi bulanan, di antaranya bawang merah, daging ayam ras, ikan segar, telur ayam ras, dan rokok kretek filter. Sementara komoditas penyumbang utama inflasi tahunan, di antaranya bensin, beras, rokok kretek filter, tarif kontrak rumah, dan bahan bakar rumah tangga.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement