REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALPINANG -- Dinas Pertanian dan Ketahanan pangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menemukan 43 ekor ternak sapi terjangkit Lumpy Skin Disease (LSD) yang ditandai dengan kulit sapi berbenjol.
"Sapi terjangkit LSD ini masih aman untuk dikonsumsi dan tidak menular ke manusia," kata Koordinator Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Babel Correy Wahyu Adi S di Pangkalpinang, Selasa (6/6/2023).
Ia mengatakan sebanyak 43 ekor sapi terjangkit LSD ini ditemukan di Kabupaten Bangka Tengah 25 ekor dan Kota Pangkalpinang 18 ekor. "Kami sudah melakukan penanganan pada hewan terjangkit LSD ini, melalui pengobatan dan disuntik dengan anti parasit serta vitamin untuk mencegah penularan virus LSD ini," ujarnya.
Menurut dia penularan dan penyebaran virus LSD cukup cepat dari sapi ke sapi lainnya melalui sentuhan, serangga penghisap darah, seperti nyamuk, caplak, dan lalat, juga kontak langsung antara hewan sakit dan hewan yang sehat.
Selain itu, penularan dari induk yang sakit kepada anak di dalam kandungan dan melalui air susu, jarum suntik yang tidak steril yang digunakan berulang-ulang, dan pakan serta air minum yang tercemar ludah hewan yang terinfeksi virus ini.
"Saat ini kami terus berupaya mencegah penularan virus ini dan ternak terjangkit LSD bisa menyebabkan kematian, karena lemah, tidak mau makan dan minum," katanya.
Ia menyatakan untuk kasus kematian hewan ternak karena LSD masih rendah, jika cepat ditangani. "Jika bisa bertahan dia akan punya kekebalan seumur hidup, virus ini cukup tahan terhadap suhu lingkungan, tapi tidak tahan dengan suasana asam, makanya salah satu penangkalnya dengan disiram ke badan sapi yang ada indikasi bentol-bentol dengan asam sitrat," katanya.