REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Ukraina dan Rusia saling menuduh dan menyalahkan atas ledakan di sebuah bendungan sehingga menyebabkan banjir yang meluas di Ukraina selatan pada Selasa (6/6/2023). Video yang belum diverifikasi di media sosial menunjukkan, air meluap melalui sisa-sisa bendungan dengan level air pun naik beberapa meter dalam hitungan jam.
Komando Selatan Angkatan Bersenjata Ukraina mengatakan, pasukan Rusia meledakkan bendungan Nova Kakhovka era Uni Soviet di wilayah pendudukan Kherson. "Skala kehancuran, kecepatan dan volume air, dan kemungkinan area genangan sedang diklarifikasi," kata militer Ukraina di Facebook.
Menteri Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina Oleksiy Danilov mengatakan di Twitter, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy akan mengadakan pertemuan darurat mengenai ledakan bendungan Nova Kakhova di Ukraina selatan.
Kantor berita Rusia mengatakan, bendungan itu telah dihancurkan dalam penembakan. Sementara walikota kota Nova Kahhovka yang dikuasai Rusia menyalahkan tindakan terorisme, istilah Rusia untuk serangan yang dilakukan Ukraina.
Bendungan setinggi 30 meter dan panjang 3,2 km itu dibangun pada 1956 di sungai Dnipro sebagai bagian dari pembangkit listrik tenaga air Kakhovka. Fasilitas ini juga memasok air ke semenanjung Krimea dan ke pembangkit nuklir Zaporizhzhia, dua wilayah yang kini dikuasai pasukan Rusia.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan, tidak ada risiko keselamatan nuklir langsung di pembangkit tersebut akibat jebolnya bendungan. Namun badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu mengaku sedang memantau situasi dengan cermat. Kepala pabrik juga mengatakan tidak ada ancaman saat ini terhadap stasiun tersebut.