REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berbagai jenis konten kini dengan mudah bisa diakses siapa saja secara daring, termasuk yang bermuatan pornografi. Tanpa pengawasan yang baik dari orang tua, tidak menutup kemungkinan anak-anak bisa terpapar konten demikian.
Padahal, konten pornografi bisa berimbas buruk untuk otak, terlebih otak anak yang masih berkembang. Hal itu disampaikan pakar neurosains dari Stanford, Andrew Huberman. Dia menyampaikannya lewat program podcast bersama YouTuber Chris Williamson.
Ahli bedah saraf itu menyoroti, ada bahaya besar yang mengintai anak-anak muda yang sudah sering mengonsumsi konten pornografi. Huberman menjelaskan, pornografi dapat berdampak negatif pada kehidupan seks seseorang karena memengaruhi aspek gairah.
"Terdapat data yang mendukung gagasan bahwa jika otak belajar untuk terangsang dengan melihat orang lain berhubungan seks, itu akan menghalangi kemampuan untuk terangsang ketika benar-benar melakukannya," ujar Huberman.
Dengan kata lain, itu akan berimbas di kemudian hari, ketika akhirnya anak tumbuh dewasa lalu menikah dan berhubungan intim. Huberman mengatakan, anak yang terlampau banyak menyimak konten porno, maka otaknya belajar membangkitkan gairah seksual saat melihat orang lain berhubungan seks.
Sang pakar melihat fenomena itu berdasarkan lensa biologis, tidak dari aspek lain. Sebab, dia merasa bukan psikolog atau pakar di bidang keilmuan lain. Secara netral, dia menyatakan bahwa secara umum tidak menilai pornografi sebagai stimulus yang baik atau buruk.