Rabu 07 Jun 2023 12:41 WIB

Hasto 'Sentil' Prabowo: Semua Harus Satu Napas dengan Jokowi

Hasto sebut isu luar negeri akan menjadi salah satu visi Ganjar.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Teguh Firmansyah
Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto (kanan) dan Ketua DPP PDIP bidang Ideologi dan Kaderisasi Djarot Saiful Hidayat (kiri)
Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto (kanan) dan Ketua DPP PDIP bidang Ideologi dan Kaderisasi Djarot Saiful Hidayat (kiri)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto menyindir usulan perdamaian Menhan Prabowo Subianto terkait penyelesaian konflik Rusia Ukraina.   

Hasto menilai Prabowo seharusnya satu napas dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Apalagi, Jokowi seusai rapat kerja nasional (Rakernas) III PDIP menyatakan, proposal perdamaian itu merupakan usulan pribadi dari Prabowo, bukan proposal pemerintah.

Baca Juga

"Sehingga sikap proposal itu akhirnya membuat Pak Jokowi menegaskan bahwa itu bukan dari Presiden, ini kan sudah sangat clear penjelasan dari Bapak Presiden dan semua harus satu napas dengan kebijakan Bapak Presiden, tidak ada yang berbeda," ujar Hasto.

Sementara dalam pemaparannya pada hari kedua Rakernas III PDIP, Hasto mengatakan bahwa kebijakan luar negeri dan pertahanan akan menjadi salah satu visi dari bakal calon presiden (capres), Ganjar Pranowo. Ia pun kemudian menyinggung ihwal proposal perdamaian.

"Tidak boleh ada pemimpin di republik ini yang membuat, kebijakan luar negeri pertahanan dan termasuk proposal perdamaian dengan melupakan hakikat dari politik bebas aktif kepemimpinan Indonesia," ujar Hasto.

Ia menjelaskan, kepemimpinan Indonesia juga berakar kuat pada politik luar negeri bebas aktif. Sehingga di dalam pertarungan geopolitik saat ini, cara pandang tersebut sangat relevan dalam visi pemimpin Indonesia ke depan.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menanggapi adanya proposal perdamaian untuk Rusia dan Ukraina dari Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto. Jelasnya, itu merupakan usulan pribadi dari Prabowo, bukan pemerintah.

"Itu (proposal) dari Pak Prabowo sendiri," ujar Jokowi usai pembukaan rapat kerja nasional (Rakernas) III Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), di Sekolah Partai, Jakarta, Selasa (6/6/2023).

Jokowi mengaku akan memanggil Prabowo terkait proposal tersebut. Sebab, Jokowi mengaku belum bertemu Menteri Pertahanan itu hingga hari ini. "Hari ini atau besok akan saya undang, untuk minta penjelasan apa yang pak Menhan sampaikan" ujar Jokowi.

Usulan Prabowo

Dalam Pertemuan Shangri-La Dialogue di Singapura, pada Sabtu (3/6/2023), Menteri Pertahanan (Menhan) RI Prabowo Subianto menyampaikan beberapa usulannya untuk resolusi konflik Rusia-Ukraina. Salah satu usulannya yakni segera melakukan gencatan senjata di Ukraina.

Prabowo mengatakan, Indonesia siap untuk mengirimkan pasukan perdamaian guna mendukung diakhirinya perang di Eropa. Peperangan ini, jelas dia, sudah menyebabkan kerusakan luar biasa dan banyaknya rakyat sipil yang menjadi korban.

“Yang pertama harus kita lakukan adalah meminta pihak Ukraina dan Rusia untuk menerapkan gencatan senjata,” kata Prabowo saat menjadi panelis pada pembahasan "Resolving Regional Tensions".

Langkah kedua, Prabowo meminta kedua belah pihak mundur 15 km dari titik gencatan senjata saat ini. Ketiga, meminta Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk membentuk pasukan penjaga perdamaian dan menempatkan di wilayah demiliterisasi sekarang ini. "Kemudian PBB menggelar referendum kepada masyarakat yang tinggal di wilayah demiliterisasi,” ujar Prabowo.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement