REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Jelang Hari Raya Idul Adha, Pemkab Bantul, DIY, terus memantau lalu lintas hewan ternak yang masuk ke wilayahnya. Hal ini karena hewan kurban yang dibutuhkan oleh wilayah tersebut kebanyakan berasal dari luar Bantul.
Kepala Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan (Diperpautkan) Kabupaten Bantul, Joko Waluyo menjelaskan, Bantul membutuhkan sebanyak hampir 7,000 ekor sapi untuk kurban, sedangkan kambing dan domba sebanyak 15-16 ribu ekor. Jumlah tersebut berdasarkan data kebutuhan hewan kurban tahun lalu.
"Kebutuhannya hampir sama seperti tahun lalu, tapi karena ternak lokal tidak mencukupi, maka kami mengantisipasi ketat pengawasan hewan kurban masuk ke Bantul," ujar Joko Waluyo kepada Republika, Rabu (7/6/23).
Ia menjelaskan, ternak sapi lokal umumnya merupakan pembibitan sapi betina, yang pada usia 5-6 bulan dijual kembali. Sedangkan untuk kurban, diperlukan sapi jantan yang persediaannya tidak mencukupi.
Pasokan sapi kurban yang masuk ke Bantul saat ini berasal dari luar seperti Kulonprogo, Gunungkidul, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Untuk mengantisipasi wabah penyakit ternak seperti PMK dan LSD yang beberapa waktu lalu pernah menjangkiti ternak, Dinperpautkan terus melakukan pengawasan ke tempat-tempat penampungan ternak.
"Walaupun sekarang kondisi di Bantul untuk PMK dan LSD sudah landai, tapi kita tetap antisipasi penyakit ternak. Kami sudah cek ke beberapa penampungan, alhamdulilah sehat semua," imbuh Joko.
Pengawasan rutin akan terus dilakukan jelang Idul Adha di sebanyak 2,200 titik pemotongan hewan kurban. Sementara itu untuk harganya, mengalami kenaikan yang normal jelang hari raya kurban.
"Harga sapi sekarang Rp 67 ribu per kg, naik dari sebelnya Rp 65 ribu per kg. Kambing domba juga ada kenaikan normal di hari-hari jelang Idul Adha," jelasnya.