Kamis 08 Jun 2023 07:37 WIB

Komitmen Bantu Tangani Pemasalahan Plastik di Indonesia Terus Diperkuat

Konsep ekonomi sirkular dipercaya bisa menjadi solusi.

Daur ulang sampah (ilustrasi)
Foto: Flickr
Daur ulang sampah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- 

Tahun ini, Hari Lingkungan Hidup Sedunia mengangkat tema krisis polusi sampah plastik yang sedang dihadapi masyarakat dunia. Isu ini menjadi perhatian karena secara global manusia memproduksi lebih dari 430 juta ton plastik setiap tahunnya; dua pertiganya berumur pendek dan dengan cepat menjadi limbah, mencemari lingkungan dan bahkan masuk ke dalam rantai makanan manusia . 

Baca Juga

Di Indonesia, dari 19,45 juta ton timbulan sampah pada 2022, 18,4%-nya adalah sampah plastik (3,6 juta ton) . Sementara, hanya 9% sampah plastik yang bisa didaur ulang, sisanya 12% dibakar dan 79% berakhir di TPA dan mencemari lingkungan. 

Konsep ekonomi sirkular dipercaya bisa menjadi solusi untuk memerangi polusi sampah plastik secara berkelanjutan. Tidak hanya memiliki nilai tambah bagi lingkungan, pendekatan ini juga memberi dampak pada perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. 

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provisi Jawa Barat Prima Mayaningtyas  menyampaikan, masih banyak tantangan yang kita hadapi di dalam mengurangi sampah plastik dengan menerapkan sistem ekonomi sirkular, salah satunya yaitu mahal. Ini tidak mudah untuk dilakukan, dan masyarakat beranggapan sampah tidak ada nilainya. 

Hal itulah yang membuat pengelolaan yang di awal harusnya bisa dilakukan semua, yaitu dengan merubah mindset dan perilaku semua masyarakat. Tentunya, kata dia, Pemerintah di sini tidak hanya untuk menerapkan, mengurangi dan merubah perilaku sikap dari hulunya, tetapi juga menyediakan sarana prasarana, anggaran, teknologi dan regulasi sehingga lima aspek yang harus dipenuhi dalam mengelola persampahan.

"Yaitu dari sisi regulasi, intitusi, teknologi, aspek biaya, dan pemberdayaan masyarakat, semuanya bisa berjalan bersama-sama dengan prinsip kolaboratif dan inovasi," ujar dia dalam dialog lintas sektor terkait Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2023, seperti dilansir pada Rabu (7/6/2023). 

Kegiatan itu dihadiri oleh Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Tempo Media, Pakar Lingkungan Hidup serta Penggerak Lingkungan, dan Unilever Indonesia. 

Adapun Unilever Indonesia mengangkat pentingnya kolaborasi untuk mendorong tahapan pengumpulan dan pemrosesan sampah plastik sebagai kunci penting untuk bertransisi ke ekonomi sirkular. Salah satu yang disampaikan oleh Unilever Indonesia adalah keberhasilan mengumpulkan dan memproses lebih banyak plastik daripada yang digunakan untuk menjual produk, yaitu sebanyak 62.360 ton plastik sepanjang tahun 2022.

Dalam penerapan ekonomi sirkular, tahapan pengumpulan dan pemrosesan sampah plastik memainkan peranan yang sangat penting. Pertama pengumpulan, selain menjadi bagian penting dari siklus pengelolaan sampah plastik, tahap pengumpulan juga menjadi salah satu tantangan terbesar dalam siklus daur ulang kemasan plastik pasca-konsumsi. 

Diperlukan kerja sama multi pihak, mulai dari produsen, konsumen hingga seluruh elemen masyarakat lainnya untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas titik-titik pengumpulan sampah daur ulang di Indonesia

Sepanjutnya, pemrosesan. Upaya ini bisa digalakkan dengan berbagai cara, salah satunya dengan mengedepankan 3R (Reuse, Reduce, Recycle) karena di akhir masa hidupnya sekalipun, plastik tetap bisa menjadi sumber daya yang bernilai ekonomi, misalnya untuk diubah menjadi bahan baku baru atau sumber energi

Dalam upaya pengumpulan dan pemrosesan sampah plastik, kepedulian, dan keterlibatan dari seluruh pihak dan semua lapisan masyarakat sangat dibutuhkan agar plastik dapat hidup berdampingan dengan masyarakat sesuai dengan fungsi dan nilai ekonominya.

“Percaya bahwa plastik memiliki tempat tersendiri di dalam rantai ekonomi, tetapi tidak di lingkungan kita, Unilever Indonesia memiliki komitmen kuat untuk membangun planet yang lebih lestari, sejalan dengan pilar di strategi global ‘The Unilever Compass’. Komitmen kami meliputi: mengurangi penggunaan plastik, menggunakan plastik yang lebih baik, dan menghadirkan inisiatif tanpa plastik. Salah satunya melalui upaya dan investasi yang signifikan dalam hal pengumpulan dan pemrosesan sampah plastik," kata Head of Division Environment & Sustainability Unilever Indonesia Maya Tamimi. 

Komitmen tersebut pihaknya manifestasikan dalam serangkaian program, salah satunya melalui upaya dan investasi yang signifikan dalam hal pengumpulan dan pemrosesan sampah plastik. Pada 2022, Unilever Indonesia telah mengumpulkan dan memproses sebanyak 62.360 ton sampah plastik, dimana jumlah ini juga sudah diaudit oleh auditor pihak ketiga. 

"Pencapaian ini sejalan dengan komitmen kami secara global; Membantu pengumpulan dan pemrosesan kemasan plastik lebih banyak dari yang dijual,” kata Maya

Ia menjelaskan, di tahap pengumpulan, upaya yang dilakukan Unilever Indonesia antara lain pengumpulan melalui lebih dari 4.000 Bank Sampah di 11 provinsi, puluhan Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R) dan waste collector/aggregator, Unilever Indonesia terus membantu upaya pemberdayaan masyarakat untuk memilah dan mengumpulkan sampah plastik agar memiliki nilai ekonomi

Di 2022, kata dia, Unilever Indonesia juga bekerja sama dengan pihak peritel untuk menempatkan beberapa Dropbox yang memudahkan konsumen memilah dan mengumpulkan sampahnya

"Di 2022 Unilever Indonesia memasang 1 Reverse Vending Machine (RVM) dan 5 Dropbox konvensional pada fasilitas umum di sekitar Jakarta dan Tangerang Selatan, bekerjasama dengan PlasticPay. Mendorong jutaan masyarakat bergabung dalam gerakan #GenerasiPilahPlastik untuk menjadi lebih bertanggung jawab terhadap kemasan yang digunakan, terutama kemasan plastik, dengan cara memilah sampah dari rumah dan menyetorkannya ke Bank Sampah," ujarnya. 

Kemudian di tahap pemrosesan, upaya yang telah dilakukan meliputi, berinvestasi mengatasi masalah sampah kemasan plastik di bagian akhir pemrosesan sampah. Contohnya melalui CreaSolv, teknologi pertama dan satu-satunya di dunia yang mampu mendaur ulang sampah kemasan plastik (pouch dan sachet) menjadi bahan yang bisa dimanfaatkan untuk membuat kemasan baru. 

"Contohnya adalah kemasan flexible pouch hasil daur ulang yang digunakan untuk kemasan Rinso. Selain itu, Unilever Indonesia membantu meningkatkan kapasitas pengumpulan dan pengelolaan sampah di dua fasilitas Refuse Derived Fuel (RDF) yang didukung oleh KLHK RI, yang turut mendorong pemanfaatan sampah sebagai sumber energi," ujar diam

Kepala Center for Sustainability & Waste Management - Universitas Indonesia (CSWM-UI) Mochamad Chalid mengatakan, sesuai prinsip ekonomi sirkular, jika sampah dijadikan komoditi, ada nilai ekonomi yang akan tercipta.

Misalnya dengan terjadinya transaksi jual beli, penciptaan lapangan kerja, hingga langkah-langkah yang memastikan bahwa sampah plastik kembali menjadi bahan baku yang siap diolah menjadi produk yang sama atau produk turunannya. 

"Salah satu contohnya adalah teknologi RDF yang saat ini tengah digalakkan Pemerintah. Teknologi ini menjadikan sampah yang sulit didaur ulang atau low value menjadi sumber energi untuk dipergunakan sebagai bahan bakar fosil, misalnya di pabrik semen.”

Sebelumnya, seperti dilansir dari Antara, Unilever Indonesia sudah pernah meluncurkan gerakan #GenerasiPilahPlastik. Gerakan ini merujuk pada tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2021, "Ecosystem Restoration" yang bertujuan mendorong semua pihak terlibat dalam gerakan global untuk mencegah, menghentikan, dan merestorasi degradasi ekosistem demi masa depan yang berkelanjutan.

   

    

 

 

 

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement