Kamis 08 Jun 2023 08:53 WIB

Air Mata Salahuddin Kala Dengar Alquran, Sosok yang Sukses Ubah Mesir dari Syiah ke Sunni

Salahuddin al-Ayyubi merupakan pemimpin teladan umat

Rep: Kamran Dikarma, Zahrotul Oktaviani / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi Al-Azhar Mesir. Salahuddin al-Ayyubi merupakan pemimpin teladan umat
Foto: AP Photo/Amr Nabil
Ilustrasi Al-Azhar Mesir. Salahuddin al-Ayyubi merupakan pemimpin teladan umat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Lahirnya Al-Azhar Mesir sebagai sebuah universitas terjadi ketika dinasti Fatimiyah berada di puncak kejayaannya, yakni ketika dipimpin Abu al-Manshur Nizar al-Aziz (975 M-996 M). Ia adalah khalifah Fatimiyah yang kelima dan khalifah pertama yang memulai pemerintahan di Mesir.

Al-Aziz berhasil menempatkan dinasti Fatimiyah  sebagai negara Islam terbesar di kawasan Mediterania Timur. Bahkan, menenggelamkan pamor dari penguasa Abbasiyah kala itu.

Baca Juga

Kemajuan peradaban pada dinasti Fatimiyah  dapat dilihat dari beberapa aspek atau bidang. Pertama, dalam aspek sosial, baik al-Aziz maupun khalifah Fatimiyah  yang lain selalu bersikap toleran kepada para penduduk atau warga non-Muslim. Bahkan, ada beberapa di antara mereka yang diangkat sebagai pejabat keuangan negara.

Dalam bidang ekonomi, menurut M Abdul Karim dalan bukunya Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam yang dikutip Abdul Gaffar menjelaskan, untuk meningkatkan dan  menopang kegiatan perekonomian, dinasti Fatimiyah  membangun beberapa infrastruktur. Antara lain, membangun jalur terusan dan jembatan sebagai jalur perlintasan atau pendistribusian hasil pertanian.

Dalam bidang arsitektur, dinasti Fatimiyah  adalah pelopor didirikannya Masjid Al-Azhar di Kairo. Pada masa kekhalifahan al-Aziz, masjid tersebut juga difungsikan sebagai pusat pendidikan kala itu.

Pada masa dinasti Fatimiyah , sistem pengajaran di Al-Azhar terbagi menjadi empat. Pertama adalah kelas umum, yakni kelas yang diperuntukkan bagi kaum Muslim yang datang ke Al-Azhar untuk mempelajari Alquran dan metode penafsirannya.

Kedua adalah kelas untuk kaum Muslim yang ingin mengkaji permasalahan keislaman bersama para tutor atau pembimbing kala itu. Ketiga adalah kelas darul hikam. Dalam kelas ini, kuliah diberikan oleh para mubaligh.

Baca juga: Mengapa Tuyul Bisa Leluasa Masuk Rumah? Ini Beberapa Penyebabnya

 

Selain kalangan pelajar, kelas darul hikam juga diperuntukkan bagi masyarakat umum saat itu. Kelas terakhir adalah kelas nonformal. Kelas ini disediakan untuk kalangan Muslimah yang juga hendak menimba ilmu-ilmu keislaman.

Pada awal berdirinya, semua pihak yang ingin menimba ilmu di Al-Azhar dilarang mempelajari mazhab lain kecuali Syiah. Pada masa itu dinasti Fatimiyah  memang menjadikan Al-Azhar sebagai media penyebaran ajaran atau paham Syiah.

Setelah Dinasti Fatimiyah  ditumbangkan oleh Salahuddin  al-Ayyubi pada 576 Hijriyah atau 1171 Masehi, kegiatan belajar mengajar di Al-Azhar sempat dihentikan. Kala itu, Salahuddin  juga berinisiatif untuk memutus penyebaran Syiah di Mesir yang telah berkembang sekian lama.

Pada 665 Hijriyah, tepatnya pada masa dinasti Mamalik (Mamluk), Al-Azhar kembali difungsikan sebagai lembaga pendidikan. Ketika itu, aliran keislaman yang dipelajari Al-Azhar telah diubah menjadi aliran Sunni. 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement