REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) mendesak para pemimpin Kongres Amerika Serikat (AS) membatalkan pidato Perdana Menteri India Narendra Modi pada Juni. Modi merupakan pemimpin pemerintahan nasionalis Hindu yang memiliki agenda cukup kontroversi terhadap agama lain di India.
Direktur Urusan Pemerintah CAIR Robert McCaw menilai penyampaian pidato Modi mengirimkan pesan bahwa menindas umat Kristen, Muslim, Dalit, Sikh, dan agama minoritas lainnya bukanlah masalah bagi Kongres AS. Keberatan tersebut pun disampaikan dalam surat yang dikirimkan kepada para pemimpin Kongres.
“Kebijakan antidemokrasi Modi, seperti membungkam jurnalisme kritis, juga berlawanan dengan apa yang seharusnya dirayakan Kongres AS. Jika Pertemuan Bersama terjadi, kami berencana mendesak anggota parlemen untuk memboikotnya,” kata McCaw, dikutip dari Anadolu Agency.
Kelompok advokasi Muslim terbesar di AS juga menuntut agar India ditetapkan sebagai negara perhatian khusus karena dugaan pelanggaran hak asasi manusia oleh Pemerintah Modi. Pemimpin dan jajaran kabinetnya dinilai membatasi bahkan menghilangkan hak warga beragama Kristen, Muslim, Dalit, Sikh, dan agama minoritas lainnya.
CAIR juga meminta pemerintahan Joe Biden membatalkan rencana makan malam kenegaraan untuk menghormati Modi. Kunjungan Modi ke Washington menandai yang pertama sejak Biden menjabat pada Januari 2021. Hanya dua pemimpin dunia lainnya yang telah diberikan kunjungan kenegaraan oleh Biden, Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Desember 2022 dan Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol, April tahun ini.