Jumat 09 Jun 2023 01:15 WIB

AS Beri Bantuan 150 Juta Dolar untuk Suriah dan Irak Perangi ISIS

Koalisi Global untuk Mengalahkan ISIS terdiri dari lebih dari 80 negara.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Gerakan ISIS (ilustrasi). AS akan memberikan bantuan sebesar hampir 150 juta dolar AS untuk daerah-daerah di Suriah dan Irak yang telah dibebaskan dari kelompok ekstremis ISIS.
Foto: VOA
Gerakan ISIS (ilustrasi). AS akan memberikan bantuan sebesar hampir 150 juta dolar AS untuk daerah-daerah di Suriah dan Irak yang telah dibebaskan dari kelompok ekstremis ISIS.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken, mengatakan pada Kamis (8/6/2023), bahwa AS akan memberikan bantuan sebesar hampir 150 juta dolar AS untuk daerah-daerah di Suriah dan Irak yang telah dibebaskan dari kelompok ekstremis ISIS.

Hal tersebut disampaikan Blinken pada Konferensi Pemberantasan Terorisme tingkat menteri yang diselenggarakan oleh Arab Saudi terkait memerangi kelompok ISIS tersebut, yang kini tidak lagi menguasai wilayah mana pun. Namun, AS berkeyakinan kelompok afiliasinya masih kuat, dengan melakukan berbagai serangan di wilayah Afrika, Asia, dan Timur Tengah.

Baca Juga

Koalisi Global untuk Mengalahkan ISIS terdiri atas lebih dari 80 negara dan terus mengoordinasikan tindakan terhadap kelompok ekstremis, yang pada puncak kejayaannya menguasai sebagian besar wilayah Suriah dan Irak. Blinken mengatakan bahwa janji AS tersebut merupakan bagian dari pendanaan baru yang berjumlah lebih dari 600 juta dolar AS.

"Kondisi keamanan dan kemanusiaan yang buruk. Kurangnya kesempatan ekonomi. Ini adalah bahan bakar bagi keputusasaan yang menjadi bahan bakar bagi ISIS untuk mencari makan dan merekrut anggota," ujarnya, dengan menggunakan singkatan yang umum digunakan oleh kelompok ekstremis tersebut. 

Blinken memoderasi jalannya konferensi tersebut sebagai bagian dari kunjungan dua hari ke kerajaan di Timur Tengah di mana ia bertemu dengan para pejabat senior Saudi, termasuk pemimpin de facto negara tersebut, Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Blinken juga menghadiri pertemuan para menteri luar negeri negara-negara Teluk.

Amerika Serikat telah dipaksa untuk menyesuaikan kembali posisi aliansi yang telah terjalin selama beberapa dekade dengan Arab Saudi. Hal itu karena kerajaan tersebut berusaha untuk mengubah dirinya menjadi pemain global yang tidak terikat dengan Washington.

Di bawah kepemimpinan putra mahkota, Mohammed bin Salman, Kerajaan Saudi yang kaya akan minyak ini telah memulai transformasi ekonomi dan sosial besar-besaran. Perubahan besar-besaran ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungannya pada minyak dan menarik perdagangan, investasi, dan pariwisata.

Dalam beberapa tahun terakhir, kerajaan Saudi ini telah mencabut larangan mengemudi bagi perempuan, mengesampingkan polisi agama yang dulu ditakuti. Termasuk juga mulai menyelenggarakan konser, memberi sambutan dan kunjungan selebriti dunia.

Kesemuanya itu, tidak pernah dilakukan Kerajaan Saudi dalam beberapa dekade sebelumnya. Karena kerajaan Islam ini terkenal di dunia internasional dengan pemerintahan Islam yang sangat konservatif dalam memegang nilai agama.

Sementara itu, Saudi telah meluncurkan upaya diplomatik yang luas untuk mengakhiri perang mereka di Yaman dan menyelesaikan krisis dengan Qatar. Saudi juga telah memulihkan hubungan dengan negara tetangganya, Iran, dan menyambut Presiden Suriah Bashar Assad kembali ke Liga Arab setelah boikot selama 12 tahun.

Kesibukan diplomasi ini juga mencakup penjangkauan ke musuh-musuh AS seperti Rusia dan bahkan Venezuela, yang Presidennya Nicolas Maduro bertemu dengan putra mahkota tak lama sebelum kedatangan Blinken. Saudi juga telah menolak tekanan AS untuk menurunkan harga minyak karena mereka mencari pendapatan untuk mendanai apa yang mereka sebut sebagai 'giga proyek', seperti kota futuristik senilai 500 miliar dolar AS, yang sedang dibangun di Laut Merah.

Saudi juga bekerja keras untuk mengubah dirinya menjadi kekuatan global di dunia olahraga, menarik superstar sepak bola seperti Cristiano Ronaldo dan Karim Benzema ke klub-klub lokalnya dengan kontrak yang mewah dan melakukan merger komersial dengan tur PGA.

Saudi mengatakan bahwa mereka mengejar kepentingan nasional mereka sendiri di dunia yang semakin ditentukan oleh persaingan kekuatan besar. Selain memperbaiki hubungan dengan musuh-musuh Washington, Saudi juga telah menyelesaikan perselisihan dengan Kanada dan mengundang Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, sekutu dekat Barat, untuk berpidato dalam KTT Liga Arab bulan lalu.

Para kritikus mengatakan upaya diplomatik dan dorongan ke dalam olahraga internasional ditujukan untuk memperbaiki citra kerajaan. Hal ini setelah insiden pembunuhan Jamal Khashoggi, seorang pembangkang Saudi terkemuka dan kolumnis Washington Post pada tahun 2018. Intelijen AS menyimpulkan bahwa Pangeran Mohammed kemungkinan besar menyetujui operasi yang dilakukan oleh agen-agen Saudi - tuduhan yang dibantahnya.

Para kritikus juga menunjuk pada tindakan keras terhadap perbedaan pendapat yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam beberapa tahun terakhir. Dimana pihak berwenang memenjarakan semua orang mulai dari aktivis hak-hak perempuan liberal hingga Islamis ultra-konservatif, bahkan menargetkan warga Saudi yang tinggal di Amerika Serikat.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan Blinken terlibat dalam diskusi yang luas dengan para pejabat Saudi dan pejabat Arab lainnya, termasuk dalam mengakhiri perang di Yaman. AS-Saudi juga mendukung gencatan senjata yang sering dilanggar di Sudan, dan mengurangi gesekan Israel-Palestina.

Saat sebagai seorang kandidat presiden, Presiden Joe Biden telah bersumpah untuk mengucilkan Arab Saudi atas pembunuhan Khashoggi. Tetapi Biden terpaksa melunak tahun lalu di tengah kenaikan harga minyak, dan akhirnya bertemu dengan putra mahkota sambil berjabat tangan, yang itu kemudian menjadi perdebatan.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement