REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH – Amerika Serikat (AS) bertekad terus mendorong upaya normalisasi hubungan diplomatik Arab Saudi-Israel. Ketetapan ini disampaikan Menlu AS Antony Blinken dalam konferensi pers bersama Menlu Saudi Pangeran Faisal bin Farhan, Kamis (8/6/2023).
Mengakhiri tiga hari kunjungannya ke Saudi, Blinken menegaskan, normalisasi Israel dengan negara tetangganya untuk menjadikan Timur Tengah lebih terintegrasi, merupakan prioritas bagi AS. Hal ini juga ia katakan saat bertemu kelompok lobi Israel, AIPAC sebelum kunjungan.
‘’Kami mendiskusikannya di sini dan kami akan terus bekerja, meningkatkannya ke arah lebih jauh dalam hitungan hari, pekan, dan bulan-bulan ke depan,’’ tegas Blinken. Saudi selama ini bertahan dari tekanan AS untuk menormalisasi hubungan dengan Israel.
Ada sejumlah negara tetangga yang telah menormalisasi hubungan dengan Israel, yaitu Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain. Berbicara di samping Blinken, Pangeran Faisal menyatakan, normalisasi akan memberikan sejumlah manfaat.
‘’Namun, manfaat itu hanya terbatas jika bukan menjadi jalan untuk mewujudkan solusi dua negara antara Palestina dan Israel,’’ kata Pangeran Faisal.
Sebuah sumber yang tahu isu ini mengungkapkan, Riyadh ingin AS mendukung program nuklir sipil sebagai imbal balik normalisasi dengan Israel. Maret lalu, The Wall Street Journal melaporkan, program nuklir ini juga jaminan keamanan di antara konsesi yang dikehendaki Riyadh.
Pangeran Faisal berharap kesepakatan dicapai AS untuk membantu Saudi mengembangkan program nuklir. Ia tak menyatakan program nuklir ini sebagai syarat normalisasi dengan Israel.
Blinken pejabat tingkat tinggi kedua AS yang berkunjung ke Saudi kurang dari sebulan. Pada 7 Mei lalu, penasihat keamanan nasional Jake Sullivan juga datang ke Saudi. Blinken sebelumnya bertemu Putra Mahkota Saudi, Pangeran Muhammad bin Salman (MBS).
Keduanya berbicara selama 40 menit, membahasa berbagai isu termasuk konflik Yaman, Sudan, Israel, dan hak asasi manusia.
Aziz Alghashian, pengamat hubungan Teluk dan Israel, menyatakan Riyadh tak akan tergerak melakukan normalisasi dengan sejumlah alasan. Di antaranya pemerintahan garis keras Israel saat ini dan kurang cocoknya dengan pemerintahan Joe Biden.
‘’Ini bukan pemerintahan Amerika yang ingin Saudi berikan bingkisan berupa normalisasi Saudi-Israel,’’ ujar Alghashian. Normalisasi menjadi pencapaian mengagumkan dan di bawah payung Amerika. Saudi, kata dia, tak ingin pemerintahan Biden mengambil keuntungan dari sana.