REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan neraca transaksi berjalan akan mengalami defisit yang terkendali di 2023 yakni sebesar 0,65 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Meskipun menurun dibandingkan 2022 di mana neraca transaksi berjalan mencatatkan surplus 0,99 persen dari PDB, defisit tetap berada di bawah ambang batas 3 persen dari PDB, menunjukkan bahwa transaksi berjalan tetap dalam kondisi yang kuat.
"Defisit ini terutama disebabkan oleh moderasi pertumbuhan ekspor yang dipicu oleh penurunan harga komoditas akibat melemahnya permintaan global di tengah tekanan inflasi dan kenaikan suku bunga acuan bank sentral yang berlanjut," kata Faisal dalam keterangan resmi, di Jakarta, Jumat (9/6/2023).
Surplus neraca dagang diperkirakan akan bertahan lebih lama dari perkiraan sebelumnya karena harga komoditas menurun secara bertahap karena permintaan dari China meningkat, produksi minyak OPEC+ berkurang, dan produksi beberapa komoditas pangan lain juga diperkirakan menurun karena El Nino.
"Yang menggembirakan, laju inflasi Indonesia pada Mei 2023 telah mencapai 4 persen atau efektif kembali ke kisaran target yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar 2 sampai 4 persen. Pencapaian tersebut memastikan terjaganya spread yang baik antara suku bunga acuan tingkat inflasi sehingga instrumen keuangan Indonesia tampil relatif lebih menarik dibandingkan negara lain," katanya.
Komitmen kuat Pemerintah Indonesia untuk melakukan hilirisasi sumber daya alam berpotensi meningkatkan arus masuk investasi langsung ke Indonesia. Selain itu, upaya mempertahankan devisa hasil ekspor (DHE), termasuk dengan memanfaatkan instrumen deposito valas berjangka Bank Indonesia, dapat menghambat pengalihan penempatan aset ke luar negeri.
"Secara keseluruhan, analisis kami menunjukkan bahwa cadangan devisa diharapkan tetap pada tingkat yang memuaskan. Kombinasi dari penurunan harga komoditas secara bertahap dan penerapan instrumen menahan DHE berkontribusi efektif pada prospek ini," katanya.
Ia pun mempertahankan perkiraan bahwa cadangan devisa Indonesia akan mencapai sekitar 135 sampai 155 miliar dolar AS pada akhir 2023 atau tidak jauh berbeda dari 137,2 miliar dolar AS pada 2022.
"Cadangan devisa yang kuat ini berpotensi mendukung nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terutama dolar AS di tengah periode ketidakpastian global yang meningkat. Kami memperkirakan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS akan ditutup pada Rp 14.864 per dolar AS pada akhir 2023," katanya.