REPUBLIKA.CO.ID, ZURICH -- Para anggota parlemen Swiss telah menolak paket bantuan senilai 5,5 miliar dolar AS untuk Ukraina selama lima sampai 10 tahun ke depan. Walau menentang mosi tersebut, Menteri Luar Negeri Ignazio Cassis mengatakan, alasan penolakan itu karena Swiss telah memberikan kontribusi finansial yang cukup besar kepada Ukraina.
Termasuk, kata Cassis, Swiss telah cukup banyak menampung para pengungsi dari negara yang sedang dilanda perang tersebut.
"Pemerintah Swiss telah mengalokasikan sekitar 1,5 miliar franc Swiss (1,7 miliar dolar AS) untuk Ukraina dan wilayahnya untuk periode 2025-2028," kata platform berita Swissinfo dikutip Anadolu, Sabtu (10/6/2023).
Cassis mengatakan, Pemerintah Swiss ingin membantu rekonstruksi di Ukraina, namun ia menekankan bahwa klarifikasi yang cermat mengenai kebutuhan dan pembiayaan diperlukan. Keputusan ini diambil sehari setelah Senat Swiss menyetujui sebuah rencana untuk mengizinkan para pembeli senjata Swiss mengirim senjata ke Ukraina.
Sebelumnya, Swiss juga telah menolak melakukan pengiriman bantuan senjata ke Ukraina, walau akhirnya Senat mengizinkan pembeli senjata Swiss untuk mengekspor kembali senjata-senjata tersebut ke negara-negara ketiga, termasuk Ukraina, dengan syarat-syarat yang ketat.
Swiss sejak lama adalah salah satu negara dengan posisi netral, walaupun negara yang terkurung daratan berpenduduk 8,8 juta jiwa ini memiliki pasukan wajib militer bagi pria. Tradisi netralitas Swiss telah diperdebatkan sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.
Meskipun negara di Pegunungan Alpen, yang bukan anggota Uni Eropa, ini akhirnya telah mengikuti langkah Blok Uni Eropa dalam hal sanksi yang menargetkan Moskow. Akibatnya, sejauh ini Swiss kurang menunjukkan fleksibilitas dalam hal netralitas militernya.