Ahad 11 Jun 2023 05:41 WIB

Terkenang Waktu saat Wafatnya Nabi Muhammad SAW  

Sahabat merasa dunia terasa kelam saat wafatnya Nabi Muhammad SAW.

 Umat Islam berdoa saat berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW dan dua sahabatnya Abu Bakar dan Umar bin Khattab di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi.
Foto: Republika/Prayogi
Umat Islam berdoa saat berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW dan dua sahabatnya Abu Bakar dan Umar bin Khattab di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Fuji Eka Permana dari Makkah, Arab Saudi

Pada suatu hari dunia terasa sangat kelam ketika datangnya kematian Nabi Muhammad SAW. Rasulullah SAW wafat pada tanggal 8 Juni 632 Masehi bertepatan tanggal 12 Rabiul Awal tahun kesebelas Hijrah, tepat 63 tahun usia Nabi Muhammad SAW.

Baca Juga

"Begitulah perasaan sahabat Anas bin Malik yang mengatakan bahwa tiada hari yang paling indah kecuali hari dimana Rasul SAW bersama kami, dan tiada hari yang paling buruk dan kelam kecuali ketika telah tiba waktu kematian Nabi SAW," kata Kepala Seksi Bimbingan Ibadah Daerah Kerja (Daker) Makkah, KH Zulkarnain Nasution di Makkah, Jumat (9/6/2023).  

Kiai Zulkarnain mengatakan, Allah SWT memberi ungkapan di hari menjelang kematian Rasulullah, "Pada hari ini Aku telah sempurnakan agamamu untukmu, dan telah aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhoi Islam sebagai agamamu."

Itulah nikmat yang terbesar yang Allah SWT berikan kepada manusia, ketika Allah telah sempurnakan agama mereka. Maka manusia tidak lagi berhajat kepada agama selain agama Allah, dan tidak mengikuti selain Nabi Muhammad SAW.

Kiai Zulkarnain menegaskan, Allah SWT telah jadikan Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para Nabi, yang diutus kepada manusia dan jin. Maka tidak ada halal dan haram kecuali Allah SWT sudah tetapkan. Serta tidak ada agama kecuali yang telah disyariatkan-Nya.

Hal ini jika dikaitkan dengan ibadah haji sebagaimana dijelaskan dalam Surah Al-Hajj Ayat 27.

وَأَذِّن فِى ٱلنَّاسِ بِٱلْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ

Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, (Quran Surah Al-Hajj Ayat 27)

Ayat tersebut adalah seruan perintah berhaji kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam sebuah hadis riwayat Abu Hurairah, Rasulullah berkata, "Wahai manusia Allah telah mewajibkan kepada kalian untuk berhaji maka berhajilah kalian."

Kiai Zulkarnain mengatakan, seruan perintah Allah SWT untuk berhaji langsung dijawab oleh Rasulullah pada Haji Wada.

Ia menjelaskan, kedatangan jamaah haji ke Tanah Suci merupakan sebuah keyakinan bahwa Allah SWT yang memberi kemanfaatan bagi kehidupan mereka. Karena itu Allah seru kepada manusia untuk tidak berlaku sirik sebagaimana kaum sebelumnya.

"Sekaligus mengingatkan pengorbanan harta kalian dalam melaksanakan haji tidak sebanding pengorbanan Rasulullah SAW yang telah meninggalkan semua hartanya berhijrah ke Madinah dan telah menghabiskan seluruh daya upaya untuk membangun peradaban mulia di muka bumi," ujar Kiai Zulkarnain.

Ia mengatakan, pengorbanan umat Islam juga belum sebanding dengan pendiri Kabah, yaitu ketika Nabi Ibrahim Alaihissalam mendapat wahyu untuk bersedia agar segera menyembelih anaknya Ismail dan kesabaran Ismail dalam menerima perintah Allah. "Wahai ayahku lakukanlah apa yang Allah perintahkan kepadamu," kata Nabi Ismail mematuhi perintah Allah SWT.

Kiai Zulkarnain mengingatkan, sungguh teladan pengorbanan para Nabi ini menjadi panutan bagi jamaah haji. Berharap semoga dengan berhaji seseorang akan lebih sempurna keimanannya kepada Allah SWT. Kemudian dapat memberi kontribusi nyata dalam membangun sebuah peradaban manusia di muka bumi.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement