Ahad 11 Jun 2023 22:01 WIB

Ini Kata Panitia Soal Rencana Penghentian Katering 3 Hari pada Puncak Haji

Jamaah haji harus mandiri saat penghentian sementara katering pada puncak haji.

Rep: Agung Sasongko/ Red: Erdy Nasrul
Direktur Bina Haji Kemenag, Arsad Hidayat.
Foto: Agung Sasongko/Republika
Direktur Bina Haji Kemenag, Arsad Hidayat.

REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Jamaah Haji Indonesia diingatkan agar mandiri saat penghentian layanan sementara katering sekitar lima hari yakni tiga hari sebelum prosesi haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna), dan dua hari setelahnya. Jamaah pun diminta membeli makanan di sekitar hotel di Makkah.

"Di depan hotel hotel jamaah banyak sekali yang berjualan, baik berjualan toko-toko ataupun berjualan makanan. Seperti orang-orang mukimin yang tinggal di Arab Saudi menjajakan makanan juga. Saya kira itu juga menjadi salah satu alternatif untuk pengganti selama tidak mendapatkan makanan (katering)," papar Direktur Bina Haji Ditjen Penyelenggara Haji dan Umrah Kementerian Agama (Kemenag) Arsad Hidayat di Kantor Daerah Kerja (Daker) Madinah, Arab Saudi, Ahas (11/6/2023).

Baca Juga

Arsad pun menjelaskan alasan penghentian sementara layanan katering tersebut mulai 5 Dzulhijjah yang diperkirakan jatuh pada 23 Juni. Saat itu, kota Makkah sudah sangat padat oleh Jamaah haji. Akibatnya kendaraan angkutan sulit bergerak dan bila dipaksakan masuk akan menimbulkan kemacetan panjang. Jarak dekat pun akan memerlukan waktu tempuh yang cukup lama.

"Ini potensi kalau ada katering ada keterlambatan sampai kepada jamaah, maka ditetapkan bahwa di tanggal tanggal tersebut jamaab tidak memperoleh konsumsi katering," ungkap Arsad.

Adapun selama proses haji di Armuzna, jamaah akan kembali mendapatkan layanan lebih katering, yakni tiga kali sehari. Total, ada 16 kali porsi makan yang disiapkan untuk jamaah di Armuzna."Pagi, siang, malam, belum lagi nanti ada tambahan-tambahan penguat, support, bagi jemaah haji berupa buah-buahan dan lainnya," kaya Arsad.

Puncak haji dengan kegiatan wukuf di Arafah 9 Zulhijah diperkirakan jatuh pada 27 Juni. Kemudian dilanjutkan prosesi mabit (bermalam) di Muzdalifah, dan melempar jumrah sampai paling akhir 13 Zulhijah.

Pasca-Armuzna, Jamaah kembali tidak mendapatkan layanan katering selama dua hari. Bukan hanya katering, layanan transportasi bus shalawat juga akan disetop beberapa hari pra dan pasca-Armuzna. Arsad mengatakan tanggal penyetopan layanan bus shlawat akan diinformasikan kemudian.

Bus shalawat merupakan layanan transportasi dari wilayah pemondokan jemaah haji ke Masjidil Haram. Layanan tersebut dapat dinikmati secara gratis oleh jamaah haji Indonesia selama 24 jam nonstop, kecuali pada tanggal-tanggal tertentu pra dan pasca-Armuzna. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement