REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Emiten konsumer PT Maxindo Karya Anugerah Tbk (MAXI) menjadi perusahaan ke-41 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saat diperdagangkan perdana, Senin (12/6/2023), saham MAXI anjlok hingga 15 persen.
Dengan penurunan tersebut, saham MAXI menyentuh batas Auto Rejection Bawah (ARB) di level 85. Pada saat penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO), Perseroan melepas satu miliar lembar saham dengan harga penawaran Rp 100.
Saat IPO, menurut Direktur PT Shinhan Sekuritas Indonesia Tenny PW Juniawarman, selaku penjamin emisi Perseroan, saham MAXI mendapatkan minat yang cukup positif dari para investor. Saham MAXI juga mengalami kelebihan permintaan atau oversubscribed.
"Terjadinya oversubscribed merupakan wujud nyata kepercayaan yang diberikan oleh investor terhadap prospek cerah industri makanan ringan yang dikelola oleh perseroan," kata Tenny.
Direktur Utama Perseroan Sarkoro Handajani menjelaskan langkah perusahaan masuk BEI melalui IPO adalah bagian dari strategi untuk menambah modal kerja supaya dapat meningkatkan kapasitas produksi dan juga menambah diversifikasi produk.
"Kami sangat optimistis akan prospek bisnis yang dijalankan saat ini dimana MAXI mempunyai pangsa pasar yang sangat luas di manca negara, apalagi saat ini industri sektor makanan ringan menunjukkan tren pertumbuhan yang positif," kata Sarkoro.
Sebagai informasi, Maxindo Karya Anugerah merupakan perusahaan yang bergerak di industri Makanan Ringan seperti kerupuk, keripik, peyek dan sebagainya berbahan dasar 100 persen umbi-umbian lokal. Hasil produksinya diekspor 99 persen ke mancanegara, seperti Amerika, Eropa, Australia, Jepang, dan lainnya.
Di awal perdagangan sesi pertama ini, saham MAXI bergerak direntang level 85-95 setelah dibuka melemah pada level 91. Saham MAXI diperdagangkan sebanyak 9.345 kali dengan nilai transaksi mencapai Rp 20,62 miliar.