Senin 12 Jun 2023 11:59 WIB

Rencana Pertemuan Puan-AHY, PDIP Bantah Ingin Rusak Koalisi Perubahan

PDIP juga meminta rencana pertemuan Puan-AHY tak dikaitkan dengan masa lalu.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Andri Saubani
Ketua DPP PDIP Said Abdullah, membantah rencana pertemuan Puan dan AHY untuk merusak Koalisi Perubahan. (ilustrasi)
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Ketua DPP PDIP Said Abdullah, membantah rencana pertemuan Puan dan AHY untuk merusak Koalisi Perubahan. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Said Abdullah, mengatakan silaturahim antarpartai politik merupakan sesuatu yang harus disambut baik. Termasuk rencana pertemuan antara Ketua DPP PDIP Puan Maharani dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). 

Meski kedua sosok tersebut notabenenya berbeda koalisi, komunikasi haruslah tetap terjaga. Ia juga membantah bahwa rencana pertemuan itu merupakan upaya PDIP memecah Koalisi Perubahan untuk Persatuan. 

Baca Juga

"Jangan kemudian begitu bertemu 'Wah ini nanti PDIP akan merusak koalisi' mana bisa kami punya niat seperti itu, tidak lah," ujar Said di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (12/6/2023). 

Rencana pertemuan antara Puan dan AHY merupakan bentuk penghormatan politik jelang pemilihan umum (Pemilu) 2024. Meskipun bakal calon presiden (capres) yang diusung berbeda. 

Selain itu, ia juga meminta rencana pertemuan tersebut tak dikait-kaitkan dengan persoalan antara PDIP dan Partai Demokrat pada masa lalu. Tegasnya, rencana pertemuan itu merupakan bentuk silaturahim yang harus terus terbangun. 

"Bagi saya beginilah sesungguhnya, kenapa sih kita itu menjadi bangsa yang selalu mengorek-ngorek luka masa lalu," ujar Said. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement