REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Jumlah pernikahan di Cina turun ke level terendah pada 2022 sejak pencatatan dimulai. Kantor berita Cina Yicai melaporkan pada Ahad (11/6/2013), penurunan berjalan stabil selama dekade terakhir meskipun jumlah pernikahan mungkin dipengaruhi oleh penguncian Covid-19 yang ketat di Cina.
Menurut data yang dipublikasikan di situs Kementerian Urusan Sipil, hanya 6,83 juta pasangan yang menyelesaikan pendaftaran pernikahan tahun lalu. Jumlah ini turun sekitar 800 ribu dari tahun sebelumnya.
Penurunan pasangan yang menikah terjadi ketika pihak berwenang menangani penurunan tingkat kelahiran dan penurunan populasi. Pada 2022, populasi Cina turun untuk pertama kalinya dalam enam dekade.
Laporan tersebut diperkirakan akan menandai dimulainya periode panjang penurunan jumlah warganya dengan implikasi mendalam bagi ekonomi Cina dan dunia. Tingkat kelahiran Cina turun tahun lalu menjadi 6,77 kelahiran per 1.000 orang dari 7,52 pada 2021.
Ahli demografi memperingatkan Beijing akan menjadi tua sebelum menjadi kaya. Tenaga kerja Cina menyusut dan pemerintah daerah berhutang membelanjakan lebih banyak untuk membantu populasi lansia.
Untuk mendorong pernikahan dan meningkatkan angka kelahiran yang menurun di negara itu, Cina mengatakan bulan lalu, akan meluncurkan proyek percontohan di lebih dari 20 kota. Upaya ini untuk menciptakan budaya pernikahan dan melahirkan "era baru". Beberapa provinsi juga memberikan perpanjangan cuti pernikahan berbayar kepada pengantin baru.