REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim, menyatakan akan memberikan peraih golden buzzer di acara America's Got Talent (AGT) 2023, Ariani Nisma Putri, Beasiswa Indonesia Maju (BIM). Dalam pertemuannya dengan Nadiem, Putri mengaku bermimpi untuk berkuliah di The Julliard School, sekolah seni pertunjukan di New York, Amerika Serikat.
“Inspirasi Putri untuk negara ini luar biasa. Maka dari itu kami ingin merealisasikan mimpi Putri untuk berkuliah di kampus impian Putri, yang seleksinya sangat ketat. Jadi kami akan mendukung penuh lewat Beasiswa Indonesia Maju,” tutur Nadiem dalam siaran pers, Senin (12/6/2023).
Program BIM, yang pada tahun ini juga menyasar siswa kelas menengah atas dan sederajat, juga akan membantu penerima beasiswa mulai dari persiapan memasuki perguruan tinggi pilihannya. Karena itu, Nadiem mengatakan, selain beasiswa penuh saat kuliah nanti, beasiswa tersebut juga akan mendukung Putri dari proses pendaftaran dan persiapan untuk tes masuk.
“Jadi selain beasiswa penuh saat kuliah nanti, dalam proses pendaftaran Putri ke kampus, persiapan untuk tes juga akan didukung lewat beasiswa ini,” tegas Nadiem yang bersedia untuk menawarkan surat rekomendasi untuk memperkuat pendaftaran Putri ke kampus lantaran prestasinya.
Mendengar hal itu secara langsung, Putri menyampaikan terima kasih kepada Nadiem dan Kemendikbudristek karena sudah mendukung impiannya untuk berkuliah di tahun depan. “Terima kasih. Aku senang banget. Soalnya dari kecil impianku mau kuliah di The Julliard School,” kata Putri.
Siswi difabel SMKN 2 Kasihan Yogyakarta itu menceritakan pengalaman luar biasanya dalam menempuh pendidikan dan menekuni talentanya di bidang musik dan tarik suara. Dimulai dari orang tua yang memberikan kebebasan bagi Putri untuk memilih peminatan pendidikan dan mimpinya, hingga dukungan orang tua dan sekolah untuk memaksimalkan minat dan bakat Putri.
“Sekolah Putri mendukung secara penuh, memberikan semua yang terbaik yang mereka bisa berikan. Contohnya, sekolah masih memberikan pelajaran ke Putri secara daring. Guru-guru juga membantu Putri mendeskripsikan gambar dan partitur ke dalam tulisan, sehingga Putri bisa memahaminya dengan sangat baik,” tegas Putri.
Siswi kelas XI instrumen flute itu merasa terbantu dengan pembelajaran sekolah yang membebaskan Putri dan guru dalam memilih sarana belajar mengajar. Di samping itu, Putri ternyata memiliki cara sendiri dalam belajar.
“Kalau di sekolah Putri punya cara belajar sendiri Pak, pakai teknologi. Jadi Putri pakai handphone dan laptop biasa, kemudian dibantu screen reader. Putri bisa mengarsipkan sendiri materi-materi sekolah di laptop,” ujar dia.
Di kesempatan yang sama, sang ibu, Reni Alfianty menceritakan pembelajaran yang memerdekakan bagi Putri di sekolah. Kesuksesan Putri hingga masuk ke semifinal ajang bakat internasional ternyata dikonversi pihak sekolah sebagai bentuk Praktik Kerja Lapangan (PKL).
“Jadi waktu di acara (AGT) itu, Putri bawa name tag sekolahnya dan minta difoto. Saya bilang 'kenapa?'. Ternyata untuk bukti PKL-nya,” kata Reni.
Sementara ayah Putri, Ismawan Kurnianto, menceritakan tentang peran orang tua untuk memaksimalkan talenta Putri. Sejak kecil, Putri sudah diberikan kebebasan untuk memilih.
Ketika Putri memilih untuk bermimpi menjadi diva dunia, Ismawan dan istri kemudian menggambarkan risiko dan tantangan yang kemungkinan akan dihadapi untuk meraih mimpi Putri. Tapi mimpi menjadi diva ternyata sudah teguh dipilih Putri sejak kecil.
“Kami minta dia yang memilih dan yakin dengan pilihannya. Karena kalau dia tidak yakin dengan dirinya sendiri, saya khawatir Putri di tengah-tengah jalan menyesal. Karena dunia hiburan itu menurut saya paling berat dan jalannya cukup terjal. Tapi Putri bilang 'it’s okay, Mah'. Sejak itu kami mendukung penuh mimpinya,” tegas Ismawan.