REPUBLIKA.CO.ID, TEHRAN -- Iran mengonfirmasi telah melakukan negosiasi tidak langsung dengan Amerika Serikat (AS) melalui perantara Oman. Pertemuan itu dikabarkan berlangsung pada bulan lalu.
"Kami menyambut upaya pejabat Oman dan kami bertukar pesan dengan pihak lain melalui mediator ini atas pencabutan sanksi AS," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanani pada Senin (12/6/2023).
Kanani menegaskan, Teheran tidak pernah menghentikan proses diplomatik. Dia pun menekankan bahwa pembicaraan dengan Washington bukanlah rahasia.
Kanani pun menyoroti pertukaran tahanan dapat disepakati dalam waktu dekat, asalkan Washington menunjukkan tingkat keseriusan yang sama seperti Teheran. Setidaknya tiga orang Iran-Amerika ditahan di Iran, termasuk pengusaha Siamak Namazi yang ditangkap pada Oktober 2015 dan dijatuhi hukuman 10 tahun penjara karena spionase.
Dalam beberapa pekan terakhir, Iran telah membebaskan enam warga negara Eropa dan memulihkan seorang diplomat Iran Assadollah Assadi yang dihukum karena terorisme dan dipenjarakan di Belgia. Kanani juga membantah bahwa Iran telah memberi Rusia peralatan untuk membangun pabrik drone.
“Kami menyangkal tuduhan apa pun mengenai ekspor senjata ke Rusia untuk digunakan dalam perang melawan Ukraina,” kata Kanani.
Pernyataan Kanani muncul usai Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyatakan kesediaan membuka kesempatan baru dalam pembaruan kesepakatan nuklir dengan Barat. Dia menyatakan syarat agar infrastruktur industri nuklir negara itu tidak disentuh.
Program nuklir Iran telah lama menjadi subjek pengawasan Barat yang mengakibatkan sanksi yang melumpuhkan ekonomi negara. Kesepakatan bisa dicapai ketika 2015 Teheran dan beberapa negara termasuk Washington sepakat dalam Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).
Tapi, AS dalam kepemimpinan Donald Trump keluar dari pakta tersebut pada 2018 dan menerapkan kembali sanksi kepada Iran. Upaya untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir itu sejauh ini gagal membuahkan hasil.