Senin 12 Jun 2023 22:28 WIB

Kenaikan Harga Telur-Daging Ayam di Sumut Ulah Kartel? Ini Kata KPPU

Ridho menyebut bahwa harga di peternak memang sudah tinggi.

Ilustrasi telur ayam. Kepala Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Kantor Wilayah I Ridho Pamungkas mengatakan, kenaikan harga telur ayam dan daging ayam ras di Sumut tidak terkait dengan praktik ka
Foto: Republika/Imas Damayanti
Ilustrasi telur ayam. Kepala Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Kantor Wilayah I Ridho Pamungkas mengatakan, kenaikan harga telur ayam dan daging ayam ras di Sumut tidak terkait dengan praktik ka

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Kepala Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Kantor Wilayah I Ridho Pamungkas mengatakan, kenaikan harga telur ayam dan daging ayam ras di Sumut tidak terkait dengan praktik kartel.

"Kami belum menemukan indikasi kartel tersebut, apalagi telur tidak bisa lama disimpan sehingga sulit ditimbun. Ayam pun sama. Di pasar memang ada dijual produk dingin yang lebih tahan lama, tetap itu sangat sedikit sehingga tidak terlalu berpengaruh," ujar Ridho kepada Antara di Medan, Senin (12/6/2023). 

Baca Juga

Dia memaparkan, faktor utama semakin tingginya harga dua komoditas tersebut adalah peningkatan biaya produksi.

Terkait telur, Ridho menyebut bahwa harga di peternak memang sudah tinggi karena beberapa sebab seperti, pertama, belum pulihnya produksi pascapandemi Covid-19.

"Harga telur sempat jatuh dan banyak peternak yang menjual sebagian ayamnya. Mereka belum pulih lagi seperti sebelum pandemi lantaran butuh waktu untuk menghasilkan telur," kata dia.

Kemudian, ada produsen yang memilih untuk mengirimkan produknya ke Pulau Jawa dengan alasan harga di sana sedang bagus.

Satu penyebab yaitu adanya bantuan sosial pemerintah untuk menanggulangi "stunting" berupa telur ayam dan daging ayam. Selain itu, permintaan di sana relatif tinggi menyusul perbaikan situasi ekonomi.

Ada kenaikan harga di Jawa sehingga beberapa produsen di Sumut mengirimkan hasil produksinya ke sana. Itu membuat suplai di Sumut berkurang sehingga harganya naik," tutur Ridho.

Faktor ketiga adalah harga pakan yang tinggi. Bahan baku utama pakan, jagung, kini harganya rata-rata lebih dari harga acuan pemerintah untuk penjualan di konsumen yaitu Rp5.000 per kilogram. Penyusun pakan lainnya seperti kedelai juga mesti impor.

Untuk jagung, harganya disebut Ridho mahal akibat harga pupuk meroket. "Itu dipengaruhi perang Ukraina dan Rusia," kata dia.

Untuk daging ayam, Ridho melanjutkan, penyebab kenaikannya hampir sama dengan telur. KPPU Kanwil I sudah melakukan pemantauan daging ayam langsung ke pasar-pasar dan memastikan kenaikan harganya karena biaya produksi meningkat.

"Harga ditentukan dari tawar-menawar dengan peternak," ujar Ridho. Harga daging ayam dan telur ayam di Sumatera Utara cenderung tinggi pada beberapa bulan terakhir.

Berdasarkan data Sistem Harga Pangan Komoditas Utama Sumatera Utara (SiHarapanKu), Senin (11/6/2023), harga telur ayam ras di Sumut berkisar Rp25.500 sampai Rp36.500 per kilogram.

Di hari yang sama, harga daging ayam ras di Sumut sekitar Rp28.000-Rp47.138 per kilogram.

Pemerintah, melalui Peraturan Badan Pangan Nasional Nomor 5 Tahun 2022 Tentang Harga Acuan Pembelian Di Tingkat Produsen dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen Komoditas Jagung, Telur Ayam Ras dan Daging Ayam Ras, menetapkan bahwa harga acuan penjualan di konsumen untuk telur ayam ras Rp27 ribu per kilogram dan daging ayam ras Rp36.750 per kilogram.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement