REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Misi dagang dan investasi antara Pemprov Jatim dan Pemprov Sumbar mencatatkan transaksi mencapai Rp 231,7 miliar. Terdapat sejumlah komoditas asal Jatim yang paling laris dalam gelaran tersebut.
Antara lain pakan ikan dan udang, komoditas cengkeh dan tangkai cengkeh, benih pertanian, bahan bangunan, makanan ringan, pupuk, jagung, kentang, jahe gajah, sarang walet, ayam potong, dan tulang ikan. "Alhamdulillah, komitmen transaksi ditutup dengan capaian 37 transaksi senilai Rp 231,7 miliar," ujar Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, Selasa (14/6/2023).
Dijelaskan, misi dagang dan investasi menjadi salah satu strategi efektif untuk penguatan koneksitas perdagangan antar daerah, baik di dalam maupun luar negeri. Sumbar merupakan provinsi ke-32 yang menjadi tujuan misi dagang dan investasi Pemprov Jatim.
Gubernur Sumatra Barat, Mahyeldi Ansharullah, setuju misi dagang akan meningkatkan sinergitas antara Jatim dan Sumbar yang telah terjalin selama ini. Apalagi, dalam misi dagang yang digelar, juga dilakukan penandatanganan perjanjian kerja sama antara OPD Jatim dan Sumbar, pelaku usaha Jatim dan Sumbar, serta asosiasi pelaku usaha di kedua daerah, yang menurutnya menjadi ikatan untuk saling mendorong kemajuan perdagangan.
"Ini menjadi bagian yang akan memperkokoh, yang akan memperkuat hubungan kerja sama-kerja sama tersebut dan tentu juga menjadi bagian dari kontribusi terbaik kita untuk bangsa dan negara," ujarnya.
Pada gelaran misi dagang dan investasi tersebut, PT Bank Pembangunan Daerah Jatim Tbk atau Bank Jatim turut menyertakan tiga UMKM binaannya. Ketiga UMKM yang dimaksud, yaitu Diamonte (dari Mojokerto), Beeze Honey (dari Surabaya), dan Kopi Luwak Dampit (dari Malang).
Direktur Manajemen Risiko Bank Jatim, Eko Susetyono mengatakan, pihaknya berkomitmen selalu hadir dalam mendukung dan memberikan solusi bagi perkembangan UMKM. Bukan hanya dukungan di bidang pendanaan, Bank Jatim siap mendukung perkembangan UMKM baik pada sisi promosi maupun akses pasar.
"Karena itu kami fasilitasi UMKM binaan Bank Jatim untuk ikut misi dagang di Padang," ujarnya. Eko mengatakan, UMKM bukan hanya membutuhkan dukungan finansial untuk modal kerja ataupun pengadaan bahan baku saja.
Tetapi, hal penting lainnya yang harus mendapatkan dukungan adalah peningkatan kualitas serta pemasaran produk dan memperluas basis konsumen.
"UMKM butuh untuk terus naik kelas, bukan hanya menjadi jawara di daerah tetapi juga berkontribusi secara nasional dan bersaing secara global," kata Eko.
Ia melanjutkan, UMKM binaan Bank Jatim juga didorong untuk melek teknologi digital. Salah satu caranya dengan memfasilitasi transaksi menggunakan QRIS Bank Jatim. Dengan QRIS, pembeli dan pedagang bisa semakin mudah melakukan transaksi keuangan.