REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Pasukan Ukraina mempelajari dan menyelidiki pertahanan Rusia usai berhasil melakukan serangan balik. Pasukan Rusia membuat kesalahan dan mengalami kemunduran di awal serangan tersebut.
Namun, pengamat mengatakan Moskow juga belajar dari kesalahan dan meningkatkan kemampuan dan senjatanya. Rusia membangun benteng pertahanan sepanjang 1.000 kilometer di garis depan.
Pasukan Rusia meningkatkan kemampuan senjata elektronik untuk mengurangi keberhasilan drone tempur Ukraina dan mengubah bom berat era Perang Dingin menjadi rudal presisi yang mampu mengenai target tanpa menimbulkan resiko pada pesawat tempurnya sendiri.
Perubahan taktik Rusia serta peningkatan jumlah pasukan dan senjata yang lebih baik dapat menjadi tantangan bagi Ukraina untuk meraih kemenangan menentukan dengan cepat. Mengancam serangan balik Ukraina menjadi pertempuran jangka-panjang.
Dalam wawancara Selasa (6/6/2023) pekan lalu Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat (AS) Jenderal Mark Milley mengatakan meski persiapan militer Ukraina sangat baik. "(Berjalannya waktu) ini akan menjadi pertempuran saling-balas untuk waktu yang lama," katanya.
Perhatian pekan lalu fokus pada banjir di selatan Ukraina yang disebabkan rusaknya bendungan Nova Kakhovka. Kedua belah pihak saling menyalahkan atas bencana tersebut.
Namun, pada saat yang sama, pasukan Ukraina menggelar serangan di berbagai area di garis depan. Tapi hanya menghasilkan sedikit kemajuan dari pertahanan multilapis Rusia.
Pada Sabtu (10/6/2023) lalu Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan serangan balik dan aksi pertahanan terhadap pasukan Rusia sedang dilakukan. Ia menegaskan komandan-komandannya berada dalam kerangka pikir "yang positif" pada keberhasilan ini.
Pemerintah Ukraina tidak mengumumkan telah dimulainya serangan balik skala penuh. Satu hari sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan serangan balik sudah dimulai, tapi Ukraina gagal meraih kemajuan dan mengalami kerugiaan dalam jumlah "signifikan."
Veteran jenderal yang pernah memimpin Komando Pasukan Gabungan Inggris, Sir Richard Barrons mengatakan militer Rusia telah membangun "buku teks" garis pertahanan dan menyesuaikan taktiknya setelah mundur dari Kharkiv dan Kherson dalam operasi serangan Ukraina sebelumnya.
Ia mencatat meningkatnya kemampuan Rusia, baik dalam serangan balik maupun penggunaan drone. Barrons menambahkan Rusia juga belajar untuk mempertahankan aset-aset penting seperti markas komando dan limbah amunisi dari jangkauan artileri.
"Dan mereka mempertajam bagaimana mereka dapat menembak artileri dan tank Ukraina ketika mereka menemukannya, sehingga bila and menyatukan itu semua, semua orang tahu ini akan menjadi pertempuran yang lebih sulit dari Kherson atau Kharkiv pada musim semi tahun lalu," kata Barrons, Senin (12/6/2023).
"Orang-orang masih menggunakan dua keberhasilan ini, dan memang berhasil, sebagai tolak ukur, yang mana sejauh ini menurut saya tidak adil, tidak masuk akal dalam kondisi ini," kata Barrons.
Ia mengatakan Rusia telah menerjunkan lebih banyak pasukan untuk melindungi garis depan. Walaupun begitu, sebagian besar dari mereka kurang terlatih.