REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Presiden Palestina Mahmoud Abbas memulai kunjungan ke Cina pada Selasa (13/6/2023). Kunjungan Abbas ke Beijing ini untuk mendorong agar Cina berperan lebih besar dalam perdamaian di Palestina dan politik Timur Tengah, termasuk untuk mendapatkan sumber energi.
Menyambut kunjungan tersebut, Kementerian Luar Negeri Cina mengatakan Beijing bersedia membantu menengahi hubungan antara Otoritas Palestina dan pemerintah Israel yang telah memburuk ke tingkat terendah dalam beberapa tahun terakhir. Kementerian tersebut tidak menyebutkan siapa yang akan ditemui Abbas di Beijing atau memberikan rincian lain dari kunjungannya selama empat hari.
Meningkatnya pertempuran selama setahun terakhir antara Israel dan Palestina di Tepi Barat telah membawa periode kekerasan paling mematikan antara kedua belah pihak dalam beberapa tahun terakhir di wilayah itu. Kunjungan ini juga dilakukan setelah Cina menjadi tuan rumah pembicaraan antara Iran dan Arab Saudi, yang menghasilkan pemulihan hubungan diplomatik antara keduanya.
Perkembangan tersebut dipandang sebagai kemenangan diplomatik bagi Cina karena negara-negara Arab Teluk, melihat Amerika Serikat perlahan-lahan menarik diri dari Timur Tengah. Namun, masih harus dilihat sejauh mana upaya rekonsiliasi antara Iran dan Arab Saudi akan berkembang.
Persaingan ini berawal dari revolusi 1979 yang menggulingkan monarki Iran yang didukung Barat, dan dalam beberapa tahun terakhir, kedua negara ini telah mendukung kelompok-kelompok bersenjata dan faksi-faksi politik yang saling berseteru di seluruh wilayah.
Lembaga penyiaran pemerintah CCTV mengutip pernyataan Menteri Luar Negeri Cina, Qin Gang yang mengatakan bahwa "Cina mendukung dimulainya kembali perundingan damai antara Palestina dan Israel sesegera mungkin berdasarkan 'solusi dua negara', dan bersedia untuk berperan aktif dalam hal ini," katanya.