REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fenomena konser musik dan beberapa event yang akan diadakan dalam beberapa waktu ke depan menjadi perbincangan masyarakat. Setelah lebih dari dua tahun melewati pandemi Covid-19, tak banyak acara seperti konser musik maupun digelar di Indonesia.
Namun kini setelah Covid-19 mereda, para penyelenggara berlomba untuk membuat acara besar. Acara-acara seperti konser Coldplay maupun laga sepak bola antara TImnas Indonesia dan Argentina membuat masyarakat antusias. Tak ayal, tiket acara tersebut pun menjadi rebutan.
Perebutan pembelian tiket atau yang dikenal dengan istilah ticket war menyebabkan rasa deg-degan bagi penggemarnya saat ingin mendapatkan tiket. Anda bisa saja berhasil atau gagal dalam mendapatkan tiketnya. Ini bisa saja memicu rasa kecewa dan berujung deg-degan terasa di jantung.
Konsultan kardiologi intervensi dan aritmia Eka Hospital BSD, dr Ignatius Yansen Ng, mengatakan rasa deg-degan biasa dikaitkan dengan gejala dari gangguan irama jantung yang bernama seperti palpitasi jantung atau aritmia jantung. Namun apakah deg-degan karena ticket war bisa dikaitkan dengan aritmia jantung?
Dia mengatakan, aritmia adalah sebuah gangguan pada jantung yang menyebabkan detak jantung menjadi tidak beraturan, terkadang terlalu cepat dan terkadang bisa menjadi terlalu lambat. Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan gangguan ini, seperti masalah pada tekanan darah, kardiovaskular, hingga faktor keturunan.
"Deg-degan sendiri merupakan respons normal yang bisa terjadi pada tubuh Anda, biasanya dikuatkan karena faktor emosional dan psikologis juga seperti cemas, gugup, stres, maupun terlalu gembira," ujarnya dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Selasa (13/6/2023).
Selain itu, deg-degan juga biasanya gejala dari gangguan aritmia, namun ini membutuhkan pemeriksaan dengan dokter karena tidak semua deg-degan bisa dikatakan aritmia. "Saat merasa deg-degan karena sering merasa cemas atau gugup, tubuh kita akan melepaskan adrenalin yang lebih banyak yang bisa menyebabkan jantung berdetak lebih kencang dan lebih cepat," ujarnya.
Hal ini bisa memicu tubuh mulai mengembangkan irama detak jantung yang tidak beraturan. Alhasil bisa berujung ke palpitasi atau lebih parah ke aritmia jantung terutama pada pasien yang mempunyai predisposisi atau riwayat kelainan aritmia atau gangguan irama sebelumnya.
Menurutnya, kecemasan adalah penyebab palpitasi paling umum yang tidak terkait dengan masalah jantung. Sangat umum untuk mengalami saat-saat kecemasan, terutama dalam situasi stres.
Situasi seperti mengikuti ujian, wawancara kerja, bertengkar dengan seseorang, hingga gagal dalam mendapatkan tiket Coldplay bisa menjadi pemicu rasa cemas. Pada akhirnya, bisa menyebabkan gangguan irama jantung pada pasien-pasien yang memang ada kelainan dasar sebelumnya atau tidak pernah tahu punya gangguan irama sebelumnya.
Jadi benar, pasalnya jika kecemasan yang berlebihan bisa meningkatkan risiko Anda dalam terkena aritmia. Namun gangguan irama jantung biasa disebabkan karena beberapa faktor dan bukan hanya satu faktor saja, sehingga penting bagi Anda untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin untuk mendeteksi tanda-tanda risiko dari aritmia.
"Namun tidak perlu khawatir, karena deg-degan pada dasarnya adalah respons tubuh biasa yang semua orang pasti akan rasakan," ujarnya.
Dr Ignatius mengatakan, hal tersebut hanya akan membahayakan jika Anda memiliki faktor risiko yang bisa meningkatkan risiko terkena gangguan irama jantung. Dengan mengelola stres dengan baik serta menjaga kesehatan jantung, Anda bisa mencegah aritmia untuk bisa terjadi.