REPUBLIKA.CO.ID, NGAWI -- Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Ngawi mencatat terdapat seluas 200 hektare sawah milik petani pada musim tanam kedua 2023 mengalami gagal panen akibat serangan hama.
"Ada sekitar 200 hektare dari total lahan musim tanam kedua seluas 50.998 hektare di Ngawi yang hasil panennya menurun hingga cenderung gagal panen. Hal itu disebabkan karena serangan hama wereng dan tikus," ujar Kepala DKPP Ngawi Supardi di Ngawi.
Menurut dia, dari ratusan hektare sawah yang gagal panen tersebut sebagian besar berada di Dusun Ingasrejo, Desa Beran, Kecamatan Geneng. Selain karena serangan hama wereng dan tikus, kegagalan panen di dusun tersebut juga dipicu oleh keberadaan virus di lahan tanam akibat tingkat kesuburan tanah yang telah menurun.
"Tim DKPP sudah melakukan penelitian di lahan daerah tersebut. Hasilnya, lahan tanam kualitasnya memang menurun karena ada virus sehingga tanaman padi kerdil dan tidak produktif," ujarnya.
Selain itu, para petani di wilayah itu juga tidak melakukan penanaman serentak, sehingga membuat keberadaan organisme pengganggu tanaman tidak terputus.
Guna menanggulangi permasalahan tersebut, pihak DKPP telah melakukan edukasi dan membuat lahan demplot untuk memberikan contoh pola tanam yang baik dan benar kepada petani di wilayah setempat.
Terkait ratusan lahan sawah yang gagal panen, DKPP telah melakukan identifikasi untuk mendapatkan ganti rugi asuransi pertanian melalui program asuransi usaha tani padi (AUTP) dari pemerintah. "Ada sekitar 50 petani di daerah tersebut yang diajukan untuk mendapatkan AUTP," kata Supardi.
Pihaknya meminta petani di Ngawi untuk menaati SOP atau tata cara penanaman saat masa tanam berlangsung guna mencegah serangan hama. Mulai dari penanaman yang dilakukan serentak hingga penggunaan pupuk yang sesuai dan tidak berlebihan.
Selain itu, petani juga diminta secara bertahap untuk melakukan sistem pertanian yang ramah lingkungan guna mengembalikan kualitas unsur hara tanah.