REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah ke zona positif pada awal perdagangan Rabu (14/6/2023). IHSG menguat ke level 6.744,64 setelah kemarin sempat mengalami koreksi tipis 0,05 persen.
"Indeks saham di Asia pagi ini dibuka menguat mengikuti pergerakan indeks saham utama di Wall Street," kata Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya.
Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) bertenor 10 tahun turun 7,2 bps menjadi 3,69 persen. Sementara yield US Treasury Note bertenor dua tahun merosot 8,6 bps menjadi 4,51 persen.
Data terkini memperlihatkan tekanan kenaikan harga di AS terus mereda di Mei. Ini memperkuat argumentasi bank sentral AS (Federal Reserve) sebaiknya mempertimbangkan jeda pada siklus pengetatan kebijakan moneternya.
Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI) memperlihatkan inflasi utama turun menjadi 4,0 persen yoy di Mei. Angka ini terendah sejak Maret 2021 dari 4,9 persen yoy di bulan sebelumnya dan sedikit di bawah ekspektasi pasar, 4,1 persen yoy.
Inflasi inti melambat menjadi 5,3 persen yoy, terendah sejak Noveember 2021 dari kenaikan 5,5 persen yoy di April. Secara bulanan, inflasi naik 0,1 persen, lebih lambat dari kenaikan 0,4 persen di bulan sebelumnya dan sedikit di bawah ekspektasi pasar yang naik 0,2 persen.
Pelaku pasar memprediksi 95 persen peluang bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 5,0 persen-5,25 persen menyusul kenaikan suku bunga selama 10 bulan beruntun.
Di pasar komoditas, harga minyak mentah naik sekitar tiga persen setelah bank sentral China menurunkan suku bunga pinjaman jangka pendek untuk pertama kali dalam 10 bulan terakhir. Pemangkasan suku bunga ini bertujuan untuk memperkuat momentum pemulihan ekonomi pascapandemi.